Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Dari Hobby Menjadi Cafe Khusus, Aneka Hidangan Ikan Hiu [WPC-5]

25 Mei 2012   16:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:47 3035 2

Selain suka menulis dan jeprat-jepret kamera, hobby saya yang lain adalah membaca dan memasak. Hobby membaca sudah semenjak kecil, bahkan ketika SD dulu dalam sehari saya bisa melahap 2 buah novel Enyd Bliton atau Alfred Hitchock. Maklum, rumah saya persis di sebelah perpustakaan terbesar di kota Bondosowo kala itu. Sedang hobby memasak baru muncul di akhir masa SMP. Saat itu saya gemar mengumpulkan resep masakan dari majalah wanita pinjaman. Utamanya resep kue-kue. Setiap menjelang lebaran, saya selalu mencari setidaknya 1-2 resep kreasi baru, untuk improvisasi suguhan kue kering lebaran. Bosan kalau dari tahun ke tahun jenis kuenya yang itu-itu saja.

Kegemaran membuat kue ini makin menjadi ketika saya mulai bekerja. Saat itu saya tinggal di rumah sahabat saya, Kiki yang kebetulan punya hobby sama. Alhasil, hampir tiap minggu kami mencoba 1 resep baru dari majalah Femina langganan Kiki. Kalau pergi ke toko buku, pasti masing-masing kami membeli setidaknya 1 buah buku resep. Sampai akhirnya di tahun 1998-2000 menjelang lebaran, saya mulai menerima pesanan kue kering lebaran dari teman-teman kantor. Biasanya yang mereka pesan jenis kue yang tidak terlalu umum di pasaran.

Selama 3x lebaran itu, saya mengerjakan sendiri semua pesanan kue. Barulah pada 2001, Kiki bergabung dan kami menerima pesanan dalam jumlah besar, bukan hanya kue kering, tapi juga aneka brownies dan cake. Ada brownies dari bahan dasar kentang, tape singkong, selai kacang, keju krim (cream cheese) dsb. Kami pun menerima pesanan "lapis Surabaya" (spiku). Alhasil, tiap malam usai sholat, kami melembur mengerjakan pesanan. Kalau weekend, pesanan meningkat karena biasanya untuk acara buka puasa bersama. Mendekati lebaran, pesanan brownies dan cake untuk hantaran makin banyak.

Sayangnya, meski memberikan keuntungan besar, bisnis ini tak bisa saya ulangi di tahun 2002 karena saya sakit, sampai tak bisa berpuasa selama 20 hari. Pun di tahun 2003-2004, saya punya kesibukan lain sampai akhirnya bisnis musiman itu tak kami teruskan lagi. Memang waktu itu tujuannya lebih untuk menyalurkan hobby memasak.

Tahun 2009, saya ingin cari kesibukan di tengah aktivitas rutin bekerja. Ngobrol dan curhat dengan teman, akhirnya kami sepakat untuk membuka warung makan. Tapi jenis makanannya harus cukup unik, sebab kota Surabaya sudah penuh dengan aneka jenis makanan di segala penjuru. Akhirnya kami sepakat membuat aneka masakan dari daging hiu. Kenapa hiu? Sebab dari hasil saya googling, daging hiu manfaatnya banyak untuk kesehatan. Masakan dari daging hiu pun masih terbilang tidak umum dijual di sembarang tempat. Saya pun bertekad untuk menyajikan masakan sehat tanpa MSG (Mono Sodium Glutamat) yang sudah saya jadikan pantangan ada di dapur sejak saya SMA dan tahu bahaya MSG dari pelajaran Kimia di sekolah.

Kebetulan teman saya punya kenalan seorang eksportir daging hiu yang rutin memasok daging hiu ke Jepang. Karena untuk konsumsi ekspor, tentu dagingnya pilihan. Karena itu, daging yang tak lolos sortir karena masalah ukuran dan timbangan, terpaksa disihkan dalam kondisi sudah difillet besar-besar. Daging hiu sortiran inilah yang dijual di pasar lokal dalam jumlah pesanan minimum tertentu. Penjualannya pun tidak massal, hanya diinfokan secara terbatas pada rekan si pengusaha tersebut. Kami dengan senang hati menampung daging hiu yang sudah difillet tersebut.

Kebanyakan menu masakan yang kami tawarkan adalah Chinese food. Tapi menu andalan kami yang banyak difavoritkan pelanggan adalah sate hiu dengan bumbu kacang mente (mede) dan steak hiu bakar mentega saus terriyaki. Memang kedua jenis masakan ini rasanya luar biasa! Bukan hanya kata saya lho, tapi kata pembeli. Menu lainnya yang juga banyak dipesan adalah soup hiu campur jamur es dantahu. Kata pembeli rasanya segar dan hangat.

Sayang, Cafe Hiu yang saya jalankan sambil lalu – karena saya hanya bisa berada di cafe saat Sabtu dan Minggu – akhirnya harus tutup. Banyak alasan yang melatarinya, mulai dari kurangnya pengawasan membuat mutu layanan kami tidak terjaga, koki yang suka asal-asalan dan agak lambat dalam melayani pesanan (terutama kalau sedang tidak saya bantu), bahkan terkadang koki berlebihan atau kurang dalam takaran bumbu.Pramusaji kami pun kurang agresif dan tidak atraktif menawarkan jualan, seperti pramusaji rumah makan sekitarnya. Semua itu membuat pembeli sedikit, utamanya pada hari-hari kerja.

Sementara, pembeli sendiri kadang ragu begitu mendengar kata daging hiu. Ibu-ibu umumnya tak sampai hati untuk makan. Calon pembeli pria atau konsumen usia muda lebih mudah ditawari, karena mereka tidak konservatif dan mau mencoba sesuatu yang baru. Tawaran "menu sehat" tanpa MSG dan daging hiu yang berkhasiat, tak selalu mampu menarik mereka.

Di sisi lain, margin kami sangat tipis. Sebab mall tempat kami membuka warung pengunjungnya dari keluarga kelas menengah dan anak-anak ABG/remaja yang tak terlalu tebal kantongnya. Ini dicirikan dari warung-warung makan disekitar kami di pujasera yang sama, Studio Foodcourt, yang mematok harga rendah, bahkan ada sebuah rumah makan nasi bebek di samping stand kami, harus banting harga 30%-an supaya eksis.

Di pihak pengelola mall, membebankan harga sewa stand dan service charge yang relatif mahal, membuat kami tiap bulan impas saja, bahkan sering merugi. Akhirnya, dg berbagai pertimbangan, saya dan teman saya memilih untuk menutup Cafe Hiu. Karena hanya tinggal kenangan, saya tak bisa lagi menceritakan lezatnya aneka hidangan daging hiu. Yang tersisa cuma foto-fotonya dan bekas banner cafe kami. Kalau hanya foto, masih bisa ditampilkan untuk event WPC-5, sebab tujuannya Food Photography memang memotret tampilan makanan. Jadi, silakan dinikmati foto-fotonya saja, mohon maaf barang bukti asli tidak bisa dihadirkan.

Keistimewaan Ikan Hiu

Oya, sebagai bonus, berikut keistimewaan ikan hiu serta khasiat dan manfaat daging hiu yang saya kutip dari berbagai sumber di internet, sebelum saya memutuskan mengolah masakan dari daging ikan hiu.

Ikan hiu atau dalam bahasa latin disebut Pomacanthus Navarthus banyak sekali memiliki keistimewaan. Ikan hiu memiliki 7 (tujuh) indra, yakni pendengaran, penciuman (dapat mencapai beberapa mil jauhnya), peraba (touch), penglihatan, pengecapan (taste), rangsangan listrik (electrosense) serta garis tepi dan organ-organ titik (pit organ) untuk menangkap getaran yang lemah. Ikan bertulang rawan ini dikenal sebagai jenis yang mampu bermigrasi sangat jauh (migratory species) mengarungi samudera melintasi batas negara dan benua untuk mencari pakan dan berproduksi.

Selain daging, bagian-bagian tubuh ikan hiu yang dapat dimanfaatkan oleh manusia serta tinggi khasiatnya antara lain :

1.Squalene (minyak hati ikan hiu) sebagai penguat dan penambah gairah hidup, terutama bagi lansia.

2.Sebagai penguat fungsi dan penyembuh penyakit hati

3.Berkasiat untuk Penyakit deabetes mellitus (dapat menstabilkan kadar gula darah dalam tubuh)

4.Meningkatkan Ketahanan Tubuh (menjaga stamina)

5.Berfungsi Sebagai Desinfektan Pada Luka

6.Menghilangkan Letih Lesu Dan Pegal Linu

7.Pelembab , Pelicin Dan Penghalus Kulit

8.Bermanfaat Untuk Tukak Lambung Dan Usus Duabelas Jari

9.Dapat Mencegah Kanker

10.Dapat menstabilkan fungsi kerja Jantung

Tertarik bergabung dengan Grup Kampret? Silakan click di SINI

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun