Apa resolusi anda untuk tahun baru ini? Pertanyaan itu sering muncul menjelang tutup tahun atau di awal tahun. Biasanya para motivator mengetengahkan topik menyusun resolusi untuk menyambut tahun baru. Sepertinya kalau kita gak punya resolusi seolah tahun depan hidup kita tak punya tujuan. Tapi tampaknya memang begitulah sebagian besar dari kita, membiarkan hidup mengalir begitu saja, apa yang ada ya dihadapi, yang belum ada tak usah dicari-cari. Seperti saya juga, akhir tahun sekedar merenungi apa yang sudah terjadi dalam hidup saya setahun kemarin, tapi tak juga terpikir membuat resolusi untuk tahun depan.
Akhir tahun 2010, saya sakit flu agak berat, terutama batuk. Batuk ini benar-benar menyiksa sebab saya harus pantang sejumlah makanan, terutama gorengan kesukaan saya. Saat istirahat makan siang yang biasanya ditunggu-tunggu, jadi saat paling menyiksa. Bayangkan, dari ratusan pedagang makanan di kawasan Benhil yang biasa diserbu karyawan yang berkantor di gedung-gedung sekitarnya, hamper semuanya menyajikan makanan yang termasuk dalam daftar pantangan saya. Akibatnya saya jadi gak enak makan, makin susah sembuh meski sudah minum obat plus vitamin dan suplemen. Saat batuk mulai reda, saya makan mie Aceh dan batuk kembali parah padahal obat sudah terlanjur habis.
Akhirnya, pergantian tahun saya lewatkan sambil “menikmati” sisa sakit saya. Tapi semua ada hikmahnya. Saya jadi punya banyak waktu merenungi sisa usia dan kondisi kesehatan saya. Saya ingat kata-kata dokter, teman saya di Surabaya. Beberapa tahun sebelumnya saya pernah mengeluh, kenapa sih saya mudah sekali jatuh sakit? Padahal tiap 6 bulan sekali perusahaan mewajibkan general check up dan hasilnya saya selalu masuk “grade-I” alias semua indicator dinyatakan normal.Kolesterol, tekanan darah, kadar gula darah, gigi, fungsi jantung, dll semuanya prima. Tapi tiap kali pergantian musim saya selalu sakit, ada teman flu saya ketularan dan payahnya : saya sakit jauh lebih lama dari orang lain! Kata dokter teman saya : itu artinya saya tidak bugar! Penyebabnya karena saya kurang olahraga. Meski secara umum saya sehat, tapi kondisi tubuh tak bugar.
Hmm.., kalo soal olahraga, jangan ditanya deh! Itu pelajaran paling kubenci sejak SD sampai SMA. Kalau guru saya member nilai 6 di rapor, itu mungkin karena kasihan saja, tak tega memberi nilai 5 yang mengotori rapor saya dengan warna merah. Tapi kali ini, setelah bertahun-tahun, nasehat dokter itu mau tak mau terpaksa saya pikirkan. Sebab ketidakbugaran itu sudah benar-benar mengganggu aktivitas saya. Akhirnya, iseng-iseng saya berpikir : bagaimana kalau saya paksa diri sendiri untuk hidup lebih sehat dan menjadikan itu resolusi tahun baru saya. Siiiip!!! Saya ambil BB, kutuliskan di status BB saya “more healthy more wealthy”. Dan jadilah itu resolusi pertama saya seumur hidup.
Sore harinya tepat di tahun baru 2011, saya pergi ke pasar swalayan, membeli wadah pirex bertutup kedap udara, ukuran kecil. Itu bisa jadi tempat bekal sayuran berkuah. Ya, saya berniat mulai Senin hari pertama masuk kerja di tahun 2011 saya tidak lagi makan di luar, tapi bawa bekal sendiri. Karena di kantor tak ada microwave, saya harus berupaya menyiapkan wadah supaya makanan yang saya bawa dari rumah sejak pagi tidak terlalu dingin saat jam makan siang. Pertimbangan saya sederhana : bawa makanan dari rumah dijamin bersih, sehat karena tanpa MSG, tanpa bahan pengawet dan terbebas dari kandungan boraks, formalin dan aneka zat kimia tambahan yang sering dimasukkan pedagang kedalam makanan jualannya. Juga bebas dari minyak goreng curah yang dipakai berulang-ulang sampai kehitaman. Karena saya percaya bahwa sumber utama penyakit biasanya datang dari asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh, maka untuk lenbih sehat saya harus menjaga kesehatan asupan makanan. Setidaknya ini langkah awal.
Langkah berikutnya, saya datangi pusat kebugaran yang ada di kota kecil ini. Sayangnya, cuma buka hari Senin sampai Sabtu saja. Artinya, saya hanya bisa memanfaatkan membership saya di hari Sabtu. Sebagai pemula, gak mungkin saya Sabtu seharian atau setengah hari di fitness center. Akhirnya, saya urungkan niat untuk mendaftar, dari pada merasa rugi. Sebagai gantinya, saya bertekad untuk jogging dan senam setiap weekend. Sekuat tenaga saya paksa diri sendiri untuk tak mengingkari janji saya yang sudah tertulis di status BBM.
Awalnya memang berat, tapi tetap saya paksa. Kebetulan komplek rumah saya berada di atas bukit dan kontur tanahnya berbukit-bukit. Setiap weekend banyak orang memanfaatkan untuk jalan sehat, jogging atau bersepeda. Lama kelamaan, rute jalan sehat saya makin jauh. Akhirnya, ketika pertengahan tahun 2011 saya dipindahkan kembali ke Perusahaan yang berlokasi di kota saya, ini justru jadi kesempatan untuk meningkatkan target jalan sehat saya. Sejak itu setiap hari saya biasakan diri sehabis sholat Subuh dan membaca Al Qur’an, saya segera ganti pakaian senam dan sepatu kets, lalu jogging dan jalan sehat, minimal 30 menit kalau cuaca sedang tak bersahabat atau sedikit kesiangan. Tapi kalau kondisi normal, biasanya 45 – 60 menit. Frekwensi senam juga ditingkatkan. Mulai senam jantung, senam refleksi, senam reumatik dan sekarang sedang mulai mempelajari senam diabetes.
Sejak menjalani kebiasaan sehat itu, terus terang memang tubuh saya serasa lebih bugar, jarang sakit dan migraine serta tekanan darah rendah saya jarang – bahkan bisa dibilang tidak pernah – kambuh lagi. Akibatnya, anggaran biaya untuk berobat, beli vitamin dan suplemen juga bisa ditekan. Sekarang saya tak lagi mengkonsumsi vitamin atau suplemen apapun. Sebaik-baiknya suplemen, tetap saja itu komposisi bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh dan memaksa ginjal bekerja ekstra untuk memprosesnya dan memisahkan limbahnya. Ini yang saya maksud “more wealthy” sebagai dampak dari “more healthy”. Syukurlah, resolusi tahun 2011 bisa terlaksana dengan baik. Satu-satunya kendala saya cuma hujan. Sudah 4 hari ini hujan selalu turun sejak dini hari sampai pagi, saya jadi gak bisa jogging.
Kini, sehari sebelum masuk tahun 2012, saya masih belum tahu resolusi apa untuk tahun 2012. Tahun lalu pun, ide itu baru muncul justru ketika sudah tanggal 1 Januari. Buat saya, resolusi tak perlu muluk-muluk, tak harus berupa serangkaian kalimat indah dengan target-target aduhai yang belum tentu bisa kita capai. Cukup memutuskan apa yang kita ingin capai dan masuk akal, tidak terlalu memberatkan diri sendiri sehingga ujung-ujungnya malah enggan melaksanakan. Tapi tetaplah harus membawa efek perbaikan, setidaknya bagi diri sendiri. Mungkin hasilnya tidak besar dan tidak bisa diukur secara financial, atau tak bisa dilihat oleh orang lain.
Menjadi lebih sehat dan tak perlu membelanjakan sejumlah uang setiap bulan ke apotik, buat saya itu sudah suatu pencapaian. Setidaknya anggaran untukmembeli vitamin bisa dialokasikan untuk beli buku. Tidak jajan di luar – kecuali sesekali, terutama kalau ada yang traktir – juga membuat tubuh dan kantong lebih sehat. Dari kacamata para motivator – yang harga tiket seminarnya bisa ratusan ribu hingga jutaan rupiah – mungkin resolusi saya termasuk yang tidak ada artinya dan tidak membuat hidup saya lebih sukses. Tapi buat saya sendiri – yang tak pernah mengukur sukses dari jumlah uang yang mengalir ke rekening saya – bisa memaksa diri untuk lebih peduli pada kesehatan adalah suatu bentuk sukses kecil di usia saya yang makin menua. Menjadi tua itu sebuah keniscayaan, tapi menua dan tetap sehat adalah pilihan. Menjadi kaya perlu upaya yang luar biasa dan dipengaruhi banyak factor, tapi “merasa kaya” adalah sebuah pilihan untuk mensyukuri apa yang kita punya dan memelihara sebaik-baiknya sebagai tanda terimakasih kita pada yang Maha Memberi.
Jadi..., apa resolusi saya untuk tahun 2012? Masih dipikirkan. Kalau bisa berkesinambungan, kelanjutan dari more healthy more wealthy. Apa ya? Ada ide? Simple but possible, dan yang terpenting reachable. Yuk mulai merenung sekarang!