Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

KBS yang Saya Lihat (Bag. 1): Data Kematian Satwa sebelum 2013 yang Tak Diungkap Media Mainstream

17 Februari 2014   22:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44 2333 43

Kesempatan pulang ke Surabaya kemarin, sudah saya niatkan untuk menyempatkan diri berkunjung ke Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang belakangan ini ramai dibincangkan banyak media massa, bahkan sebuah tabloid luar negeri, Daily Mail, menjulukinya kebun binatang terkejam di dunia. Anehnya, segala macam keburukan KBS itu baru mencuat belakangan ini, ketika KBS sudah diambil alih pengelolaannya oleh Pemerintah Kota Surabaya yang sekarang dipimpin ibu Tri Rismaharini. Sangat tak masuk di logika akal sehat saya, sebab Bu Risma yang sejak jadi Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, sudah dikenal sebagai penggagas konsep kota yang lebih hijau dan asri. Jadi kalau beliau punya concern yang besar terhadap pentingnya flora, rasa-rasanya janggal kalau beliau membiarkan tindak kekejaman pada fauna terjadi di KBS.

Awalnya saya janji bertemu sahabat Kompasianer Aridha Prasetya di KBS. Sayangnya Bu Aridha mendadak mendapat kabar kalau ada keluarganya yang meninggal dunia di Gresik, sehingga kami batal bertemu. Bu Aridha lalu mengenalkan saya pada temannya, Mbak Sutini, yang bekerja di bagian akunting KBS. Mbak Sutini dengan ramah menerima telepon saya, lalu berjanji akan mempertemukan saya dengan Humas KBS esok paginya jam 9. Sayangnya, ketika Selasa, 11 Pebruari 2014, jam 9 pagi saya sudah di KBS, Bapak Agus Supangkat, Humas KBS belum bisa ditemui karena kesibukannya sampai siang hari. Saya pun terpaksa pulang karena ada urusan lain yang harus diselesaikan. Tapi tak ada yang sia-sia, karena hari itu saya bisa memotret sejumlah satwa dalam perawatan dan ngobrol banyak hal dengan para ‘keeper’ satwa – pekerja level paling bawah dalam struktur kepengurusan KBS – dan mendengarkan opini mereka yang cukup menyentuh hati saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun