Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Bolehkah Perempuan Melamar Lelaki?

14 Desember 2012   06:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:41 247 0
Diringkas dari ulasan Ustadz Hamim ThohariBolehkah seorang perempuan melamar lelaki?? Lalu bagaimana menurut syariat islam?Dalam beberapa hal, syariat islam member hak yang sama antara perempuan dan laki-laki. Dalam hal berbuat kebaikan (amal saleh), Allah SWT tidak membedakan apakah pelakunya lelaki atau perempuan, akan diganjar dengan pahala yang sama. Allah SWT menegaskan :" Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik lelaki ataupun perempuan, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surge dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun." (An-Nisaa [4]: 124)Berikhtiar untuk mendapatkan jodoh merupakan amal saleh, sebagaimana juga menikah merupakan perbuatan yang amat terpuji. Dalam hal ini, tidak ada halangan bagi kaum perempuan untuk melamar lelaki, sebagaimana lelaki tidak ada larangan untuk melamar perempuan yang dicintainya. Syariat islam memberi hak yang sama antara lelaki dan perempuan.Kalau boleh disebut halangan, satu-satunya halangan perempuan untuk melamar lelaki idamannya adalah "gengsi" atau "harga diri". Bagi sebagian orang yang konon katanya menjunjung tinggi nilai dan adat ketimuran, perbuatan ini dianggap aib atau menyalahi adat. Aib itu tidak saja di sandang oleh perempuan sebagai individu, tapi juga bagi keluarganya. Inilah penghalang utama dan satu-satunya bagi perempuan yang hendak melamar lelaki.Bagi kami, mengapa para perempuan banyak menuntut emansipasi dan persamaan hak disegala bidang, tapi setelah diberi kesempatan dan hak sama dalam hal "melamar" justru dihindari? Mengapa untuk sebuah kebaikan dan kemaslahatan hidup dapat dikalahkan oleh gengsi? Persoalannya kembali kebada masing-masing individu, apakah ia lebih mengutamakan gengsi atau kebahagian hidup yang abadi.Adalah Khadijah Binti Khuwailid, perempuan yang tidak ragu-ragu untuk melaksanakan hal tersebut. Beliau adalah perempuan yang cantik, kaya dan terhormat. Beliau menepis gengsinya demi untuk mempersunting lelaki yang dimatanya terdapat tanda-tanda kemuliaan dan kematangan pribadi. Lelaki itu tidak lain adalah Muhammad SAW. Khadijah sangat terpikat dengan kemuliaan akhlak dan budi pekertinya.Nafisah Binti Munabih, teman dekatnya, menangkap kegalauan dan kebimbangan Khadijah. Ia pun memberanikan diri untuk diutus menemui orang yang sangat dicintainya. Setelah sepakat, berangkatlah Nafisah menemui Muhammad Al-Amin.Singkat cerita Muhammad menerima lamaran itu dan kemudian mereka menikah. Dari kisah ini kita bisa mengambil ibrah bahwa gengsi dan harga diri itu bisa ditepis atau dikesampingkan. Justru yang harus dipegang teguh adalah syariat. Jika syariat tidak menghalangi, mengapa harus gengsi? Apalah artinya menjaga sebuah gengsi dan harga diri jika taruhannya justru neraka. Memang gengsi dan harga diri itu perlu, tapi tetap harus diposisikan pada tempatnya.Semoga bermanfaat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun