Jakarta memang wajar jika menjadi jantung sekaligus paru-paru Indonesia. Tagline "City of collaboration" memang pas. Karena semua yang berurusan dengan duit dimulai di sana.
Bali boleh menjadi tempat tujuan yang paling sering disambangi oleh pelancong interlokal pun lokal. "The last Paradise" ini memang akan menjadi tempat yang ada pada daftar liburan turis. Karena pantainya, keindahan biota lautnya, juga cottage-cottage yang mulai marak dibangun di pesisir pulau Bali.
Yogyakarta memiliki semboyan "Yogyakarta berhati nyaman". Kota pelajar, Kota klitih juga, selain dari klitih, Yogyakarta akan memberikan rasa ingin kembali kepada siapapun yang menginjakkan kaki di Stasiun Lempuyangan atau di Stasiun Yogyakarta. Bahasa Jawa yang halus, kental dengan adat istiadat leluhur, juga jajanan khas yang bisa dicicipi dengan kopi klothok.
Tapi, Bandung akan tetap bersinar di antara Jakarta, Bali, Yogyakarta. Iya, meskipun penerangan jalanan di Bandung tidak merata, gelap. Lalu terbatasnya fasilitas transportasi antar Kota, maupun Kota ke Kabupaten. Bandung akan tetap bersinar dari nama-nama daerah yang saya tulis sebelumnya. Sederhana saja, Bandung menjadi central untuk fashion, beribu coffee shop ada di sana, dan juga jangan lupakan istilah yang sering didengar, yakni Bandung Kota Kembang.
Banyak sekali kembang di Bandung, dari Kabupaten sampai Kota, jika dilihat kanan-kiri maka kita akan melihat banyak sekali kembang. Hamparan tanah yang banyak sekali kembang bermekaran, bahkan ada yang sudah siap dipetik. Kembang Kota, kembang Desa, kembang Komplek sekalipun.
Tak heran jika M. A. W. Brouwer menyebutkan "Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum", tersenyum di sini bukan karena adanya ratusan geng motor di Bandung. Melainkan banyaknya kembang yang menjadi penyeimbang Bandung. Sisi kelam Bandung seperti Gotham City akan tertutup oleh kembang-kembang yang bermekaran.