RUANG kerja Rama terasa pengap sore itu. Layar laptop yang menyala redup memantulkan bayangan wajahnya yang letih. Di sudut meja, secangkir kopi yang sudah dingin terabaikan begitu saja, sementara tumpukan kertas berisi coretan-coretan ide berserakan di mana-mana. Dia baru saja menyelesaikan novel terbarunya, Serpihan Waktu, sebuah karya yang dia tulis dengan segenap jiwa selama sembilan bulan terakhir.
KEMBALI KE ARTIKEL