Bunta kalau dilihat google maps, pulau ini mirip seperti unta yang merayap. Pulau Bunta masuk dalam kawasan kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Untuk mencapai ke pulau ini memakan waktu sekitar 40 menit dari desa Lamteungoh, Kecamatan Peukan Bada Aceh Besar. Transportasi menggunakan boat nelayan penangkap ikan berukuran panjangnya 7 x 1.5 meter.
Berangkat naik boat pada sore harinya kita bisa menikmati sunset berpendaran di samudera hindia. Panorama laut disertai ombak bergelora memecah butiran pasir di sepanjang pantai. Pasir putih bercampur butiran coral berwarna merah, air lautnya sangat jernih, matahari menyinari laut menambah keindahan gradasi warna laut.
Sebelah timur akan terlihat Pulau Batee dan ketika malam harinya kita bisa melihat lampu berkelip-kelip dari perumahan Tiongkok hibah dari Jacky Chan ketika tsunami 2004 silam. Masyarakat yang menetap di Desa Pulo Bunta ini tidak lebih dari 10 jiwa untuk sekarang ini, bermata pencaharian sebagai nelayan dan berkebun.
Ekosistem hutan pulau Bunta keadaannya masih sangat alami belum terjamah manusia dan juga unik. Terlihat ada banyak pohon kelapa yang tumbuh di lereng-lereng bukit dari pada pepohonan yang biasa di hutan, banyak hewan ternak seperti lembu. Tapi jarang terlihat adanya tupai, monyet, anjing dan nyamuk . Namun pasca tsunami ada babi hutan yang muncul, padahal sebelumnya di pulau itu penduduk belum pernah melihat babi.
Sebelah barat ujung pulau ada jalan setapak, menuju lampu mercusuar jaraknya sekitar 2 km. Dari puncak menara lampu suar setinggi 35 km ini, kita akan menikmati suguhan dari maha karya pencipta semesta alam, gradasi warna laut, samudera Hindia, hamparan rumput, batu karang, Pulau Nasi, Pulau Breueh dan tampak dari jauh dermaga pantai Lhoknga seberang pulau.
Pulau ini sangat sesuai untuk ecotoursm, dimana kita berwisata tetap menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Seperti yang dilakukan oleh Team Aceh Adventure.