Sekolah saya sampai dengan SMP lebih banyak di sekolah Katholik, hampir setiap Sabtu ,rutinitas sekolah adalah mengikuti ritual ke Gereja Doa Bapa Kami , lagu2 rohani pun sampai sekarang masih banyak yang hapal. Di keluarga kami, dibiasakan tiap akan tidur malam untuk berdoa “kejawen”, kebiasaan ini tetap saya jalani sampai sekarang, walaupun mengaku Islam, saat itu tidak ada yang Sholat, tetapi untuk rutinitas Puasa sudah diajarkan sejak kecil. Waktu SMP, jiwa saya bergolak , ingin bisa Sholat, Nenek lah yang mengajarkan saya untuk menghapal bacaan untuk Sholat, disamping membaca buku tentang Sholat yang saya temukan di Rak Buku ayah.
Setelah hafal bacaan Sholat, yang saya lakukan pertama kali adalah Ikut sholat Jumat di Masjid dekat sekolah. Waktu itu masih SMP, sehingga bila Jumat , saya membawa sarung dimasukkan dalam tas sekolah , pulang sekolah, langsung sholat Jumat di Masjid, saya lah orang pertama di keluarga kami yang menjalankan ibadah Sholat, walaupun masih bolong bolong….hehe
Demikian tadi sekedar pendahuluan artikel ini, katakanlah saya " islam abangan", nah sekarang kita masuk ke menu Artikel.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Pusat Din Syamsuddin mengaku pernah mengetes keislaman calon presiden Joko Widodo dengan meminta Gubernur DKI Jakarta itu menjadi imam shalat zuhur.
"Saya ajak Pak Jokowi untuk shalat Dzhuhur dan beliau imam. Saya sebagai makmum, bayangkan beliau imam, dan saya pimpinan Muhammadiyah makmumnya," kata Din dalam sidang Tanwir Muhammadiyah di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (24/5/2014). ( Kompas.com)
Kalau dicermati, jelas pernyataan Din Syamsuddin bernuansa politis, tentunya hal ini untuk menangkal rumor tentang Jokowi bahwa untuk cara wudhu saja, Jokowi tidak bisa.
Lebih tampak lagi nuansa politisnya argumentasi Din Syamsyuddin dengan pernyataan berikut: "Shalat saya waktu itu sampai tidak khusyuk karena saya perhatikan benar itu shalat Pak Jokowi. Dari niat sampai salam, dan alhamdulillah semua benar dan tidak ada yang salah dengan beliau," kata Din seraya tertawa diiringi tepuk tangan peserta sidang Tanwir.
Shalat berjamaah adalah shalat mengikuti Imam shalat, artinya ketika imam takbir maka ma'mum atau jamaahnya mengikuti dan tidak boleh mendahului gerakan imam.jadi harus mengikuti.
Apabila kita shalat berjamaah waktu Dzhuhur dan Ashar, maka bacaan dibaca siir (Pelan) berarti ini bacaannya sendiri-sendiri, bacaan boleh dalam hati ataupun dengan ucapan yang hanya terdengar oleh diri kita sendiri, ini berdasarkan sunnah Nabi SAW ketika melaksanakan shalat dzuhur dan ashar baik mufarid atau berjamaah... bacaannya pelan (siir). Sedangkan pada shalat Maghrib, Isa dan Shubuh, bacaan Imam keras (zahar) sampai terdengar ma'mumnya, jadi dalam shalat berjamaah pada waktu shalat tertentu seperti yang disebutkan diatas... Imam biasanya membaca keras terdengar oleh Ma'mum... Mulai Takbir.. Fatihah.. sampai 2 surat Al Qr'an pada rakaat 1 dan 2..
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Jokowi sebagai Capres dari PDI-P dan Din Syamsyuddin, menurut saya pernyataan Din Syamsyuddin di atas, belum bisa meyakinkan tes Keislaman Jokowi, karena saat sholat Dzhuhur, sebagaimana diketahui, imam hanya membaca siir ( lirih) dengan ucapan yang hanya terdengar oleh diri kita sendiri, dalam hal ini Jokowi sebagai Imam.
Selamat siang dan MERDEKA!
Daftar bacaan : 1, 2 dan 3