Itu terungkap dalam bentuk sindiran Hatta Rajasa yang mengatakan bahwa “ Program penghematan BBM jalan ditempat, mana itu RFID, ngomong doang, capek kita, mana itu pengendalian “. Lebih lanjut Hatta berjanji memfokuskan diri pada penyehatan fiskal yang tidak boleh melebihi angka 3 persen. Konsumsi BBM tidak boleh melebihi kuota sebesar 48 juta kilo liter yang telah ditentukan dalam APBN. Besarnya impor BBM bersubsidi bisa mengancam stabilitas perekonomian nasional, sebab tingginya konsumsi BBM bersubsidi berkorelasi dengan anggaran subsidi dan bisa mengancam kesehatan fiskal negara.