Tanggal 22 Juli nanti akan diumumkan resmi siapa yang terpilih menjadi presiden negara kita melalui pemilu kemarin. Masyarakat yang menjadi pendukung, atau pemilih yang mencoblos capres tersebut, akan melonjak bersukaria gembira. Sebaliknya, mereka yang mendukung dan memilih capres lainnya, akan terpuruk dalam kekecewaan dan kefrustasian yang mungkin cukup berat. Kekecewaan karena jagonya kalah ini akan menjadi tekanan psikis berkepanjangan atau depresi, yang bisa berlanjut – dengan sedikit picuan – menjadi ledakan kemarahan dan amukan bersama. Ini disebut “depresi agitasi massa”. Di waktu lampau, “depresi agitasi” secara massal meledak karena tekanan sosial ekonomi yang berat dan kecemburuan sosial. Misalnya muncul dalam pembakaran toko-toko, mobil, dan penganiayaan terhadap etnis Cina seperti di Solo atau Jakarta. Meski ini dipicu oleh kelompok tertentu yang tak pernah terungkap.