1. Kisah sang suami yang rela hanya dirinya yang dicela, tapi tidak untuk yang ia cinta? Mengapa? Kepedihan seorang yang penuh rasa cinta, timbul jika yang ia cinta larut dalam kesedihan, duka, dan terhinakan. Seperti rasa cinta Sri Krsna yang menyelamatkan kawan-kawan, dan orang tua yang dikasihinya di tanah Vrindavan dari serangan-serangan destruktif yang ingin membinasakan kampung halaman tercintanya.
2. Kisah provokasi untuk memperlihatkan kekuatan cinta sang tokoh publik. Apakah sang tokoh publik itu layak mendapatkan kedudukannya sebagai tokoh publik atau tidak. Dan benar ia memang layak mendapatkan kedudukan sebagai tokoh publik, yakni bukti cintanya yang mendalam kepada yang paling ia cinta.
3. Kisah untuk tidak sembarangan melontarkan candaan kepada yang sedang dalam kondisi terjatuh. Pertanyaannya... jika tak kuat mental? Sanggupkah engkau meninggikan dan meluhurkan dia yang sudah terjebak keputusasaan? Kalau tak sanggup... mengapa engkau bercanda seperti demikian? Masih untung sang suami menampar sang pemberi candaan, sebagai penyemangat bukti cinta, yang meluhurkan.
4. Sebuah tamparan kesadaran. Menampar sebagai pelaku bukan sebagai korban.
5. Arti tulus seorang suami, tanpa basa-basi, rela mengorbankan segala harga diri sebagai tokoh publik, rela disebut penuh kekerasan, padahal ia menunjukkan harga diri yang ia cinta.
6. Kekuatan moral. Moral adalah sebuah kebenaran yang berdampak positif pada pembangunan mental dan karakter. Kita bisa melihat siapa yang patut disalahkan dan siapa yang patut dibenarkan, dari pelajaran ini.
7. Pelajaran tentang etis tidaknya sebuah candaan yang memiliki motif terencana atau dadakan (impromptu). Kata-kata menentukan nasib anda. Dan kata-kata itulah yang membuat sang komedian ditampar karena perkataannya sendiri.
8. Jangan menyalahkan orang lain, jika anda sumber kesalahan tersebut. Jangan memancing emosi seorang, jika belum tahu dampak yang ditimbulkan.
9. Menghargai rasa malu di depan publik, sebelum dipermalukan oleh perilaku sendiri dihadapan publik.
10. Merendahkan sesama, dampak di masa mendatang ia akan direndahkan oleh produk pikirannya sendiri. Sebuah karma.
11. Sebab akibat, manusia harus merasakan akibat yang disebabkan olehnya tanpa harus melemparkan tanggungjawabnya kepada siapapun. Tuhan Maha Melihat, apalagi kalau nanti aib kita dibuka di yaumul mahysar karena kita pernah membongkar aib sesama kita. Memperlihatkan video ini jika tujuannya bukan dijadikan ibrah atau pembelajaran melainkan disertai motif untuk merendahkan sesama, itu salah satu hal yang menyebabkan aib aib kita dibuka di yaumul mahsyar bahkan nanti kelak setelah kita meninggal.
12. Jangan sekali kali merendahkan martabat wanita, apalagi itu didepan umum. Al-Quran memuliakan derajat wanita dengan diabadikannya menjadi judul surah Al-Quran yakni An-Nisa. Siap-siap bagi siapapun yang lancang merendahkan wanita, dengan alasan yang tidak dibenarkan (bukan karena niat mulia menyelamatkan, melainkan sebagai olok-olok) Ia berhadapan dengan Aturan Tuhan yang pedih.
13. Jiwa para pria adalah Jiwa Pelindung. Siapa yang menghardik wanita yang ia cinta, siap siap dengan hantaman penuh kasih sebagai buktinya nyata Tugas Pria kepada wanita yang ia cinta dihadapan Tuhan.