Dari jalan raya, kita akan disambut oleh gapura besar bertuliskan “Selamat Datang di Desa Troso”, yang menandai betapa desa ini layak dijadikan sebagai tempat wisata belanja. Sepanjang jalan kita akan menyusuri beberapa toko dan home industry yang juga sekaligus dijadikan sebagai galeri. Di kanan dan kiri jalan, berhadapan, hampir setiap rumah disana adalah pengrajin kain troso. Sangat banyak pilihan memang, tapi yang jelas, yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan adalah toko yang cukup besar dengan koleksi kain yang banyak.
Diantara banyaknya industri tekstil beraneka bahan yang diproduksi menggunakan mesin, industry tekstil Desa Troso terus mempertahankan kualitas handmade. Ya, kain yang diproduksi oleh para pengrajin tekstil setiap harinya, murni buatan tangan dengan menggerakkan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Kain Troso pun memiliki kelebihan tidak luntur, awet dan tahan lama. Ada beberapa toko yang selain menjual kain tenun, toko tersebut juga memperlihatkan para pembeli tentang proses produksi kain troso dari awal hingga akhir. Pembeli akan diajak ke belakang toko untuk melihat para pengrajin berkutat dengan ATBM, dan hal tersebut merupakan nilai tambah dari sellingpoint yang ada.
Biasanya, satu orang pengrajin menghasilkan 1 meter x 1 meter kain troso dalam waktu 3 – 4 hari. Berbagai macam benang dan pola motif kain yang unik dan eksklusif menantang para pengrajin untuk ditenun menjadi sebuah karya yang indah dan menjual. Rumit dan menguras tenaga, juga memakan waktu yang cukup lama, mungkin hal tersebut yang menjadikan kain ini sangat eksklusif dan dibanderol dengan harga yang tidak murah.
Kisaran harga dari Kain Tenun Troso ini tergantung kualitas, tebal atau tipisnya kain, juga tergantung pada lebar kain dan desainnya yang eksklusif. Di sepanjang Desa Troso, ada beberapa toko yang menjual kain saja, dan kita bisa membelinya sesuai dengan ukuran dan motif yang kita inginkan. Namun, ada juga beberapa toko yang selain menjual kain, sekaligus menjual Troso yang sudah didesain menjadi baju siap pakai dengan berbagai model baik untuk perempuan maupun laki-laki, mulai dari kemeja, dress, rok, hingga baju untuk anak-anak.
Selain baju, ada juga Kain Troso yang dibentuk menjadi kain pantai, sprei, selimut, tirai jendela, taplak meja, tutup galon, tutup gagang telepon, dan lain-lain. Variasi harga untuk barang-barang tersebut, mulai dari Rp. 35.000,- sampai Rp. 700.000,-. Entah, mungkin masih ada lagi yang lebih mahal lagi dari itu. Karena yang saya lihat, harga termahal adalah dress panjang berbandrol harga Rp. 700.000,- :D
Di Jepara, Kerajinan kain tenun Troso ini sangat termasyhur. Dulu, setiap hari Kamis dan Jum’at, pakaian berbahan kain motif Troso ditetapkan sebagai seragam bagi para PNS. Para pengrajin pun terus menyesuaikan produknya dengan model dan selera masyarakat dari zaman ke zaman. Pangsa pasar mereka tidak hanya bagi masyarakat Jawa Tengah saja, melainkan juga merambah ke kota-kota besar lainnya di Indonesia, khususnya Bali, Yogyakarta dan Jakarta. Kerajinan kain tenun Troso bahkan telah merambah ke dunia internasional, seperti ke Negara Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Jika anda mengunjungi tempat ini, tentunya harus menggunakan kendaraan pribadi (jika ingin berhenti di beberapa tempat), karena jika menggunakan kendaraan umum, tetap diperlukan kendaraan untuk menjelajahi Desa Troso. Untuk opsional menyusuri Desa Troso dengan kendaraan umum, bisa menggunakan ojek atau dokar (delman). Sepanjang jalan kita akan menemukan banyak sekali pilihan toko-toko yang menyediakan kain tenun Troso.
Kain Troso tak jauh beda dengan batik. Ya, unik, menarik, dan khas Indonesia. Dengan model dan coraknya yang eksklusif, kerajinan ini patut kita banggakan dan lestarikan. Khususnya kepada para penggiat fashion, mari kita angkat brand dan citra budaya lokal kain Troso ini! :D