Sampah merupakan masalah lingkungan yang serius di Indonesia. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2019, Indonesia menghasilkan sekitar 175.000 ton sampah per hari, namun hanya 60% yang terkelola dengan baik. Sisanya dibuang ke sungai, laut, atau tempat pembuangan liar. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti pencemaran air, tanah, dan udara, penyebaran penyakit, kerusakan ekosistem, dan perubahan iklim.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah sampah adalah dengan melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti sisa makanan, daun, kulit buah, dan kertas. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda mati, seperti plastik, kaca, logam, dan elektronik. Pemilahan sampah organik dan anorganik dapat membantu mengurangi volume sampah, memudahkan pengolahan sampah, dan meningkatkan nilai ekonomis sampah.
Namun, pemilahan sampah organik dan anorganik masih belum menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Menurut survei yang dilakukan oleh KLHK pada tahun 2018, hanya 15,6% rumah tangga di Indonesia yang melakukan pemilahan sampah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah adalah pendidikan. kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah masih rendah, terutama di kalangan siswa sekolah dasar (Prasad&Mani, 2013). Pendidikan dapat memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pemilahan sampah dengan benar.
Peran guru sangat penting dalam meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya pemilahan sampah. (Sari,dkk,2019) Dalam hal ini, guru memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kesadaran pemilahan sampah organik dan anorganik pada siswa sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan dasar yang membentuk karakter dan perilaku siswa. Guru dapat memberikan contoh, motivasi, dan fasilitas yang mendukung siswa untuk melakukan pemilahan sampah di sekolah dan di rumah. Siswa yang mendapatkan pengajaran tentang pemilahan sampah dari guru cenderung lebih aktif dalam memilah sampah di rumah dan di sekolah (Sari dkk, 2019). Guru juga dapat mengintegrasikan materi tentang pemilahan sampah dalam kurikulum, seperti dalam mata pelajaran IPA, IPS, PPKn, dan Bahasa Indonesia. Penggunaan media pembelajaran yang menarik dan interaktif dapat meningkatkan minat siswa dalam memilah sampah. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan media pembelajaran yang digunakan agar siswa lebih tertarik dan mudah memahami materi (Wijayanti dkk, 2020).
Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan peran guru dalam meningkatkan kesadaran pemilahan sampah organik dan anorganik pada siswa sekolah dasar. Artikel ini akan membahas tentang: (1) manfaat dan cara melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik, (2) tantangan dan hambatan dalam pemilahan sampah di Indonesia, (3) strategi dan metode yang dapat digunakan guru untuk mengajarkan pemilahan sampah kepada siswa, dan (4) rekomendasi dan saran untuk meningkatkan kualitas pendidikan tentang pemilahan sampah di sekolah dasar.