Mereka adalah Ari dan Ria. Dari nama mereka saja sudah klop apalagi kalau mereka sedang berpegangan tangan.
Ehh.. jangan iri yah para jomblo.
Ari adalah seorang pemuda berwajah lumayan ganteng, berkulit kekuningan, tidak tinggi tapi cukuplah agar membuat para perempuan di kelas untuk menatap dirinya. Dia sopan, hangat dan selalu berkata-kata ramah.
Sedangkan Ria adalah seorang perempuan yang ceria, sabar, rajin dan keibuan. Rambutnya hanya sepanjang bahu cocok dengan wajahnya yang selalu tersenyum.
Waktu itu mereka duduk di kelas SMA bidang sosial. Awalnya mereka sama sekali tidak saling tertarik. Namun apa mau dikata, mereka sempat terjun dalam satu band musik dan bernyanyi bersama.
Di sanalah awal cinta mereka bertemu dan menyebabkan percikan cinta yang dahsyat. Ahh... kata-kata yang indah untuk mereka yang sedang kasmaran.
Karena mereka sering bertemu di kelas dan bermain di band bersama teman-teman, maka kesempatan untuk berduaan pun terasa lebih dari cukup.
Setelah mereka bermain band, disitu lah Ari selalu mengantar Ria pulang ke rumah dengan sepeda motor tua bekas ayahnya.
Sepeda motor tersebut masih bisa melaksanakan tugasnya meskipun dalam usia yang sangat tua.
Ari biasa mengantar Ria sampai di gerbang pintu dan setelah berkata-kata ringan maka Ria akan masuk ke rumah dan tidak lupa untuk melambaikan tangan.
"Sampai jumpa besok Ari, nanti kita ketemu seperti biasanya." Ari tersenyum gembira.
"Siap Ria, jangan lupa untuk tidur pagian!" Begitulah cara mereka berpisah hampir pada setiap sore tetapi tidak selalu dengan kata-kata yang sama.
Hari-hari di SMA 3 pun mendekati akhir tahun semester, ikatan cinta mereka semakin kuat dan bersemi.
Hingga suatu hari ada suatu retret bagi murid SMA dan guru-guru, Ari dan Ria senantiasa terlihat bersama tak terpisahkan. Seperti berjalan dan duduk bersama. Hanya berpisah jika mereka harus istirahat di ruangan khusus bagi pria dan wanita.
Di retret itulah Ari dan Ria berjanji untuk hidup bersama, mereka seperti mengadakan ritual janji hidup bersama ala remaja saat itu. Masing-masing berkata, "Kami tidak akan meninggalkan satu sama lainnya meskipun dengan alasan apapun juga."
Tampaknya dua sejoli ini akhirnya lulus SMA dan mereka harus melanjutkan kuliah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Masing-masing sudah memilih universitas favorit.
Tetapi hal demikian tidak membuat mereka patah hati dalam hal hubungan indah mereka. Mereka masih sering bertemu di saat-saat usai kuliah di akhir pekan. Masing-masing sering bercerita tentang kawan-kawan dan pelajaran kuliah mereka.
Mereka memang seperti sepasang merpati. Selalu saja bertemu dan menghabiskan waktu bersama meskipun berbeda universitas.
Hal-hal indah tersebut selalu dikenang Ria yang selalu menulis kisah cinta mereka di sebuah diari. Dia selalu tersenyum ketika membaca kembali kisah-kisah indah mereka. Terkadang Ria pun jatuh ketiduran setelah membaca diari indah tersebut.
Kini, mereka sudah menikah setelah mereka lulus kuliah dan mulai bekerja.
Awal-awal rumah tangga mereka selalu indah, mereka selalu menunggu satu sama lainnya. Saling berkata-kata mesra, ramah dan selalu menjaga peraaan di antara sesama.
Semakin hari, entah mengapa Ari sudah tidak merasakan cintanya Ria. Rumah tangga mereka terasa hambar seperti mi instan tanpa bubuk penyedapnya. Ari sering terlambat pulang. Ketika sampai rumah, Ari hanya mandi dan langsung tidur tanpa banyak berkata-kata.
Ria melihat semua itu menjadi sedih. Dia sudah menunggu Ari untuk makan bersama tetapi Ari selalu makan di luar bersama kolega dan pulang larut malam.
Ria selalu bercerita kepada orang tua dan teman-temannya tentang Ari yang bersifat "aneh" belakangan ini. Orang tua Ria selalu mengatakan untuk pulang saja ke rumah mereka. Tetapi Ria tetap tidak ingin melakukan itu. Sedangkan teman-teman Ria selalu mengompori dan menjelek-jelekan Ari.
"Kalian pisah saja, untuk apa mempertahankan hubungan ini."
"Tapi saya masih mencintai Ari. Saya masih ingin hidup bersama dia."
"Kamu hidup seakan-akan hanya seorang diri meskipun kamu menikah." Begitulah mereka selalu menyarankan Ria untuk berpisah.
Malam itu, Ria sudah tidak sabar akan kelakuan Ari. Ketika Ari pulang ke rumah tanpa berkata-kata kepadanya yang sudah menunggu untuk makan malam bersama.
"Ari, dari mana saja kamu? Kenapa kamu selalu pulang larut malam tanpa menelpon atau membalas pesan singkat di gawai dari saya!"
"Ria, saya sangat lelah telah bekerja melayani klien. Kenapa kamu marah-marah!"
Ari balas membentak dan membanting pintu. Dia segera pergi mandi.
Ria merasa sangat kecewa dan teringat kata-kata temannya untuk meninggalkan Ari. Niat itu begitu kuat sehingga dia menunggu Ari selesai mandi dan berpakaian.
"Ari, kita lebih baik berpisah. Saya akan kembali ke rumah orang tua saya besok pagi!"
"Baik, pergilah! Saya juga sudah bosan hidup dengan kamu!"
Ria sangat sedih, air matanya tiba-tiba menjadi deras bak hujan keras dicurahkan dari langit. Tanpa berpikir panjang, dia bergegas memasukan pakaian ke dalam koper yang masih kosong saat itu.
Dia memasukan pakaian seadanya, uang dan barang-barang lainnya. Sampailah dia menemukan diari yang dia tulis selama ini.
Dia menatap diari itu cukup lama sekitar lima menit, tapi pikiran dia sudah kacau. Dia hiraukan saja dan tetap memasukan pakaian dan apa yang dia butuhkan.
Akhirnya Ria pergi meninggalkan Ari tanpa berkata-kata. Hanya ada kesedihan mendalam bagi Ria. Ari melihat semua itu, dalam hati kecilnya ada rasa penyesalan. Dia juga melihat diari milik Ria. Dia membuka dan melihat isi diari tersebut.
Alangkah terkejutnya Ari, dia melihat semuanya. Air matanya menetes tetapi tidak sederas air mata Ria. Dia melihat begitu dalamnya cinta Ria kepadanya.
Diari itu membawa dirinya seakan-akan kembali pada masa indah ketika mereka bertemu, menghabiskan waktu bersama.
Apalagi saat mereka berjanji satu sama lainnya agar tidak akan berpisah.
Ada penyesalan mendalam pada diri Ari, dia segera menelpon Ria. Tapi Ria tidak ingin menjawab panggilan Ari. Ari bergegas keluar rumah, berlari mencari Ria. Dia sudah tidak peduli akan semuanya. Dia hanya ingin Ria kembali dan minta maaf atas segala kesalahannya.
Setelah mencari kesana-sini, akhirnya Ari menemukan Ria di sebuah taman dekat rumah mereka. Ari memohon agar Ria balik dan mau memaafkan dirinya yang sangat bersalah.
Awalnya Ria tidak mau, tetapi setelah Ari menceritakan pengalaman indah mereka, Ria pun teringat kembali akan masa-masa indah mereka seperti yang dia tulis di diari.
Mereka akhirnya saling minta maaf dan memberi maaf. Berpelukan dan kembali ke rumah untuk melanjutkan kisah cinta mereka yang telah dibina sejak mereka masih di kelas SMA.
*****
Moral cerita..
Ingatlah cinta dan kasih sayang yang telah dibina dan diberikan untuk sesama, itu akan menjadi suatu kekuatan agar dapat hidup bersama.
Saling memaafkan dan berusaha memperbaiki apa yang salah untuk menggapai masa depan yang cerah. Ini bukan saja untuk pasangan suami istri, tetapi untuk semua hubungan apakah antara orang tua dan anak, kakak dan adik, antara teman, guru dan murid, atasan dan bawahan.
Willi Andy untuk Inspirasiana
April 14 2022
Los Angeles, California, USA