Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

35 Tahun yang Sama

14 Februari 2022   05:40 Diperbarui: 14 Februari 2022   07:10 256 18
Jakarta, 14 Februari 1987

Rasanya tak ingin aku ada di ruangan itu. Tersenyum manis, Maria mulai beranjak dari duduknya sambil menyambut jari-jemari Togap yang berdiri di depannya mengajaknya untuk berdansa.

Tak pelak, pecah riuh rendahlah seluruh teman sekelas 6 A yang sore itu mengadakan pesta Valentine di rumah Citra, ketua kelas kami.

Maria dan Togap, Togap dan Maria, pasangan terideal di kelas 6 A. Tak ada di dunia ini yang lebih ideal dari mereka.

Togap yang tampan, berbadan atletis, jago basket dan jago segala olah raga. Maria yang senyumnya teramat manis dan... ah sudahlah, tak cukup perbendaharaan kata-kataku untuk menggambarkan sempurnanya dia, yang diam-diam hidup di anganku, siang dan malam.

Seruan teman-temanku masih begitu gemuruh saat Maria dan Togap bergandengan, bergerak ke tengah ruangan untuk mulai berdansa slow..

Suara lirih mengalun Richard Sanderson dari speaker mini compo di meja di sampingku mulai terdengar mengiringi pasangan belia itu saat jerit pukau teman-temanku sedikit mereda.

"Met you by surprise
I didn't realize
That my life would change forever
..."

Togap menempelkan kedua tangannya di pinggang Maria sementara Maria, malu-malu, merangkul ringan pundak Togap. Pasangan itu bergerak perlahan mengikuti musik.

Pemandangan yang membuatku limbung dan merasa menjadi pecundang...

***
Saint-Quentin-en-Yvelines (Perancis), 14 Februari 2022

Rasa pahit jaman "abege", 35 tahun yang lalu itu, sedikit terbersit saat lagu "Reality" si Richard Sanderson mengalun dari kanal radio NRJ mengisi ruangan mobil yang kukemudikan.

Sejenak, terbayang lagi kamar masa kecil yang sempit di bilangan Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Malam-malam panjang yang kulalui sebagai abege 11 tahunan yang patah hati. Jam-jam panjang di malam pengap untuk kibas rasa tak percaya bahwa Togaplah yang menjadi pacar Maria waktu itu, bukan aku.

"Dreams are my reality..."

Suara nge-bass Captain pilot Togap yang duduk di kananku, terdengar menyanyi mengikuti refrain lagu yang keluar dari speaker mobilku diikuti tawanya.

Citra, istri Togap yang duduk di bangku belakang, terdengar ikut menyanyikan refrain lalu tertawa.

Yah, entah kapan dalam episode hidup ini, akhirnya memang Togap tidak lagi memacari Maria. Tahun 2002 ia menikah dengan Citra, sang ketua kelas yang garasi rumahnya dulu kami pakai untuk pesta Valentine 1987.

Di kemudian hari, Togap berkarir menjadi pilot di suatu maskapai penerbangan di Amerika Serikat dan sudah belasan tahun hidup berkeluarga di Atlanta dengan Citra dan anak-anak mereka.

Aku sendiri sudah belasan tahun tinggal dan bekerja di Perancis dengan istri dan anak-anakku.

Sore ini, untuk pertama kalinya sejak hampir 35 tahun, aku bertemu lagi dengan Togap dan Citra.

Kujemput mereka di bandara Charles de Gaulle, di utara Paris untuk selanjutnya kubawa ke rumahku yang sekitar 1 jam perjalanan jaraknya dari bandara.

"Maaf ya Bro soal waktu itu," kata Capt. Togap menggodaku sementara "Reality" masih mengalun.

"Pahit Bro! Hahaha.." kataku sambil mengemudi.

"Apa kabarnya ya Maria?" tanya Citra dari bangku belakang, saat mobil kami masuk ke pekarangan rumahku lalu kuparkir.

Pintu depan rumahku terbuka, seorang perempuan berdiri sumringah sedikit bersandar pada daun pintu.

Dia Maria, istri dan ibu anak-anakku, yang tersenyum manis menyambut kami. Senyum yang sama manisnya seperti 35 tahun yang lalu.

-fin-

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun