Sampai kemudian datanglah seorang penggembala kambing ke istana kerajaan.
Dengan sedikit menghiba sang pengembala meminta kepada panjaga istana agar ia dan seekor kambingnya diperkenankan masuk istana. Setelah menjalani pemeriksaan yang ketat, sang pengembala diperkenankan masuk istana dan menghadap raja.
"Wahai kisanak, apa yang akan kau tawarkan untuk pemecahan masalah ini?", tanya sang raja.
"Begini paduka raja, sebelumnya perkenankan hamba bertanya apakah benar paduka akan membagi warisan paduka dengan pembagian setengah untuk putra mahkota, sepertiga untuk pangeran kedua dan sepersembilan untuk putra ketiga?", kata sang pengembala menjawab pertanyaan raja.
"Ya, benar. Kenapa?" sahut sang raja.
"Baik, jika demikian saya akan berikan penyelesaiannya. Bolehkah paduka ikut hamba ke kandang 17 ekor kambing tersebut?", pinta sang pengembala.
"Jika itu bisa menyelesaikan masalah pelikku, aku pasti ikuti permintaanmu", jawab sang raja.
Sesampainya di kandang kambing, sang pengembala menghitung dengan seksama jumlah semua kambing. Dihitungnya jumlah seluruh kambing dan ternyata memang benar 17 ekor.
"Paduka raja, hamba sudah menghitung jumlah seluruh kambing dan jumlahnya memang 17 ekor, izinkan hamba menambahkan 1 ekor kambing yang hamba bawa dari rumah!", pinta sang pengembala kembali.
Sang raja berpikir sejenak namun kemudian mengizinkannya.
Dengan cekatan sang pengembala membagi 18 ekor kambing sesuai syarat yang ditentukan.
Putra mahkota mendapatkan setengah dari 18 atau 9 ekor.
Pangeran kedua mendapatkan sepertiga dari 18 atau 6 ekor.
Si bungsu putra ketiga mendapatkan sepesembilan dari 18 atau 2 ekor.
9 ekor + 6 ekor + 2 ekor = 17 ekor.
Sisa 1 ekor kambing diambil kembali oleh pengembala.
Sang raja kagum akan kejelian dan kecerdasan sang pengembala.
Sang gembala pun diangkat menjadi penasehat kerajaan.
Itulah sekelumit kisah tentang memberi solusi terbaik dengan jeli dan cerdas.
Apa kaitannya dengan kondisi Jakarta sekarang ini?
Berikut kondisi Jakarta terkini: