Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Pengantin di Makan Sumpah

13 Oktober 2010   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 164 0

“Kita akan menikmanti cantiknya senja Pantai Sengigi”

Itu Janji Alif ketika melamarku. Esok akad nikah Kami akan di gelar, ini malam terakhir Aku berstatus lajang, entah kenapa hatiku gundah, kuputuskan menonton televisi, acara berita malam membuatku bosan, pikiranku melayang, mengingat perkenalanku dengan Alif,

Tiga tahun lalu.

Kuhampiri dua orang pria di tempat Pameran.

“Maaf mengganggu Saya dari Group Magazine ingin mensurvei pengunjung pameran seputar wisata yang pernah Anda kunjungi, boleh?” kala ituAku menjadi surveyor.

“Saya mengujungi semua tempat di seluruh dunia” Pria tinggi ini angkuh.

“Boleh lebih spesifik?” Aku menarik nafas.

“Saya ini penerbang.. Saya penerbang”Ia membentakku.

“Terus kenapa kalo penerbang? Gue sumpahin pesawat yang lu bawa jatuh!! Biar dunia kehilangan 1 orang sombong kayak lu” maki Aku dalam hati.

“Saya Alif, Sorry kalau Sahabat ini kurang sopan, boleh Saya isi angket surveinya Mba?” Pria di samping Si sombong itu tersenyum ramah mengulurkan tangan.

Alif seprofesi dengan Si sombong sebagai penerbang, perkenalan berlanjut hingga Kami menjadi Kekasih.

Siaran breking news membuyarkan kenanganku, penyiar cantik membacakan berita, “Pemirsa, pesawat bernomor penerbangan  GA 152, mengangkut 222 penumpang dan 12 awak pesawat  sekitar pukul 19.18 WIB jatuh terbakar di, Sumatera Utara, semua korban dipastikan tewas…”.

Pesawat itu, Si sombong penerbangnya, dan Alif ikut menumpanginya hendak ke daerahku untuk menghadiri akad nikah Kami.

Tangisku pecah, Tuhan mendengar doaku dahulu tetapi juga mengambil calon pengantinku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun