Satu pengalaman masa kecilku yang buruk dan traumatis berdampak sampai aku sekarang menjadi ibu.  Aku ingat suara kerasnya tamparan itu melayang ke pipiku. Suara teriakan dan makiannya  yang diucapkan dengan kasar dan keras, yang kadang kerap muncul  menggema di telingaku sampai saat ini. "Bikin malu mama aja !!! Apa kata orang nanti kalau tahu ibunya guru". Kalimat kalimat yang menyudutkanku demi kemuliaan namanya di masyarakat. Aku sudah berkali kali bilang tidak, namun malah menuduh aku berbohong. Satu laporan dari mulut tetangga yang melihatku lari larian di halaman masjid ketika sholat tarawih. Aku berusaha menceritakan kejadian sesungguhnya, namun tidak bisa keluar dari mulutku. Dia marah begitu hebat, bahkan sampai menampar pipiku. Tatapan matanya seakan berbicara kalau kamu adalah pembuat onar yang bikin malu dan pembohong cerita. Aku saat itu kelas 4 SD, tak punya daya dan kuasa menghadapi amukan ibuku yang kalau kupikir saat itu dia memang berperan sebagai pendidik tunggal untuk anak anaknya. Yang seharusnya ada dua pendidik di dalam rumah, ada ayah dan ada ibu sehingga bisa membuat kesepakatan bersama mengenai pola pengasuhan dan mendidik anak. Namun memang di dalam rumahku, ibuku melebihi dominan dalam mendidik anak.
KEMBALI KE ARTIKEL