Pada pukul rindu dini hari, aku terbangun dari tidurku yang lelah dan lelap. Tentang dahaga merambatkan tiap ratap di sekitar gelap. Entah dari berisiknya suara nyamuk, dingin angin malam menyuap ataukah rasa berterimakasih ku kepada sesosok tubuh yang mulai perlahan menua, keriput kulit, putih rambut, keropos tulang dimakan oleh zaman. Lantunan sendu mengiringi kerlap-kerlip bintang kejora sebagai penghapus tatapan basahku. Lelaki itu terbaring di atas tikar lusuh sesekali merapal doa dalam mimpi lalu memenjarakan letih. Ya, dia adalah Ayahku. Pahlawan di setiap angan inginku.
KEMBALI KE ARTIKEL