Bobot, bibit dan bebet seperti telah menjadi mantra bagi para bendoro jaman dulu untuk memilih menantu. Konon, memilih menantu tidak boleh mengabaikan aspek kualitas diri (bobot), aspek genetis (bibit) dan aspek sosial ekonomis (bebet) sang calon. Dalam kungkungan mantra seperti itu, perkawinan menjadi peristiwa eksklusif pada kelas sosial yang sama. Sepanjang sejarah, peristiwa perkawinan tidak pernah mencerminkan sebuah lompatan sosial. Para pemuda kampung tidak pernah lagi berani bermimpi untuk meminang putri orang kaya, terkecuali pemuda desa seperti dalam cerita kethoprak.
KEMBALI KE ARTIKEL