Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

"The Great Gap" Schumpeter dan "The Golden Ages" Islam sebagai Paradigma Kontras dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi

24 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 24 Desember 2024   18:28 17 0

Istilah “Dark Ages” atau “Zaman Kegelapan” merujuk pada periode sejarah di Eropa yang dimulai setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat dan peperangan yang sering terjadi pada abad ke-5 Masehi hingga sekitar abad ke-10 Masehi. Istilah ini secara tradisional digunakan untuk menggambarkan era yang dianggap mengalami kemunduran dalam bidang intelektual, ekonomi, sosial, serta adanya penurunan dalam kesusastraan Latin.

Melalui rujukan utama para ekonom dalam mempelajari tentang sejarah pemikiran ekonomi adalah buku "The History of Economic Analysis" yang ditulis oleh ekonom Austro-Amerika, Joseph A. Schumpeter. Dimana di dalamnya terdapat informasi sejarah yang merugikan umat muslim utamanya dalam kontribusi penciptaan peradaban perekonomian.

The Great Gap Schumpeter melalui bukunya, memaparkan bahwa tidak ada perkembangan pemikiran ekonomi selama 5 abad (rentang waktu antara runtuhnya peradaban Yunani-Romawi dan awal Abad Pencerahan). Rentang waktu inilah yang Schumpeter ungkapkan dengan istilah "The Great Gap" atau "Celah Besar" yang menjadi "Masa Kegelapan" atau "The Dark Ages"  bagi Bangsa Eropa. Argumen Schumpeter mengungkapkan bahwa "analisis ekonomi dimulai dengan orang Yunani," dan tidak dibangkitkan kembali hingga munculnya Skolastik Latin yang dibawa oleh St. Thomas Aquinas. Anggapan Schumpeter mengenai adanya “Dark Ages” ini sama sekali mengabaikan para cendekiawan muslim yang sebenarnya berkontribusi lebih banyak dan berpengaruh pada masa itu.

Ketidakadilan ini ditunjukkan dalam analisis Schumpeter yang mengabaikan perkembangan yang terjadi di belahan dunia lain. Ia memandang bahwa dunia diluar Eropa adalah peradaban yang terbelakang, irasional dan tidak memiliki sejarah. Pandangan ini tidak mempertimbangkan perkembangan ide ide penting bagi evolusi kehidupan manusia.

Analisis ekonomi yang dilakukan Schumpeter melompat ke abad pertengahan atau abad ke-13 dengan menggunakan Summa Theologica karya St. Thomas Aquinas sebagai patokan dalam merujuk pemikiran ilmiah dan langkah awal dalam kritik metodologis Eropa. Argumen Schumpeter mengatakan bahwa “analisis ekonomi dimulai dengan orang Yunani” dan terjadi “vakum” hingga Skolastik Latin muncul bersamaan dengan St. Thomas Aquinas. Pernyataan tersebut berimplikasi pada banyak tulisan peninggalan cendekiawan dari peradaban Islam yang terabaikan.

Pada saat yang sama ketika Barat tenggelam ke dalam “Abad Kegelapan”, Islam telah memimpin dunia dalam berbagai aspek sejak tahun 700-1200 M. Baik dalam aspek organisasi, pemerintahan, kekuasaan, maupun ilmu pengetahuan bahkan seni. Kontribusi Bangsa Arab yang paling terkenal ialah sistem angka dan aljabar, hingga kembali memperkenalkan filsafat Aristoteles ke wilayah Barat.

“Islamic Golden Age” atau “Zaman Keemasan Islam” merujuk pada periode dalam sejarah Islam yang dimulai dari abad ke-8 hingga abad ke-13, di mana secara historis sebagian besar dunia Islam diperintah berbagai kekhalifahan dan sains, karya budaya, khususnya sistem ekonomi yang berkembang. Secara tradisional, periode ini dimulai pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah Harun al-Rasyid (786-809) dengan diresmikannya Bait al-Hikmah di Baghdad. Bait al-Hikmah merupakan tempat dimana para ilmuwan dari berbagai wilayah dan budaya yang berbeda mendapatkan amanat untuk melakukan pengumpulan dan menerjemahkan segala pengetahuan klasik dunia ke dalam bahasa Arab.

Munculnya “Islamic Golden Age” didorong oleh faktor utama, yaitu didasarkan atas perintah Rasulullah Saw untuk menuntut ilmu sebagaimana berbagai hadist shahih diriwayatkan. Wilayah kekuasaan Khalifah Islamiyah pada periode tersebut sangat luas hingga mencakup sebagian besar wilayah Asia dan Afrika. Fakta itu menjadi jembatan terhadap kemudahan komunikasi dan penyebaran ilmu pengetahuan, serta menjadi awal mula perjalanan para ilmuwan untuk menyebarkan dan mengajarkan berbagai ide, dan menjadikan Bahasa Arab sebagai faktor pemersatu.

Selama “zaman Keemasan Islam”, wilayah ibu kota Baghdad, Cordoba dan Kairo menjadi pusat intelektual utama dalam bidang sains, pendidikan, filsafat dan kedokteran. Para ilmuwan dan penerjemah terkenal pada masa tersebut mendapatkan perlindungan yang ketat dari pemerintah salah satunya dengan memberikan gaji yang tinggi, contohnya adalah Hunayn Ibn Ishaq yang memiliki gaji diasumsikan setara dengan gaji atlet profesional saat ini.

Pencapaian dalam dunia teknologi, arsitektur dan artistik menjadi salah satu penanda munculnya “Islamic Golden Age”. Adanya ilmu ilmu mengenai metode irigasi termasuk saluran bawah tanah, kincir angin dan kincir air yang merupakan temuan Arab, bahkan arsitektur Arab dan objek kesenian yang unik dikagumi banyak negara hingga saat ini. Kontribusi ilmuwan muslim tidak hanya sebatas perantara dari penemuan filsafat Yunani ke para intelektual Barat dengan menerjemahkannya,mereka juga mengkaji filsafat Yunani serta melakukan beberapa koreksi atas beberapa pandangan yang tidak sesuai dengan nilai nilai islam dengan menggunakan tafsir atas syariat Islam. Hal ini melahirkan suatu karya orisinil khas Islam yang tentunya berbeda dengan corak Yunani.






KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun