Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Islam dalam Kisah Sang Pencerah

20 September 2010   14:39 Diperbarui: 4 April 2017   16:35 1074 0
Film Indonesia yang saat ini menjadi perbincangan hangat serta diskusi diberbagai kalangan adalah Sang Pencerah.Film yang tengah diputar disejumlah bioskop ini, pertama kali diliris menjelang Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Menggunakan momentum hari keagamaan tersebut, Sang Pencerah mengingatkan kembali masyarakat Indonesia akan nilai agama. Sang Pencerah, saya tonton pada tanggal 18 September 2010 disebuah tempat hiburan Teras Kota BSD. Bersama dua orang teman, kami memesan untuk jam tayang 21.20 WIB. Studio yang kami masuki tidak dipenuhi oleh penonton, hal tersebut terlihat dari banyaknya kursi yang masih kosong.  Saya sempat berpikir, mungkin disebabkan oleh waktu tayang yang hampir tengah malam, lokasi bioskopnya, serta jenis filmnya. Sang Pencerah merupakan film sejarah pendirian Muhammadiyah, mungkin saja peminat yang berasal dari kalangan muda, pelajar dan serta non muslim menurun dibandingkan dengan film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Saya-pun dapat dikatakan minim pengetahuan sejarahnya, jadi rasa ingin tahu yang kuat inilah yang mendorong saya ingin tercerahkan. Sang Pencerah mengisahkan sepenggal Sejarah Muhammadiyah lewat tokoh pendirinya. Muhammad Darwis yang kemudian menjadi K.H. Ahmad Dahlan lahir mewarisi agama orang tuanya, Islam. Dikisahkan masa remajanya yang mulai kritis, hingga ia menginjakan kaki di Tanah Suci Mekah untuk belajar agama. Pada masa ini, alur cerita yang ditayangkan cukup cepat sehingga penonton harus berkonsentrasi pada lokasi, para tokoh dan waktu. K.H Ahmad Dahlan berasal dari keluarga yang memegang teguh Islam, menikah dengan Siti Walidah sepulangnya  dari ibadah Haji di Mekah. Dengan mengambil daerah Kauman, Yogyakarta, dan beberapa tempat lainnya. Film ini memperlihatkan ongkos produksi yang besar. Bagaimana Hanung Bramantyo (Sutradara Sang Pencerah) mampu mengkondisikan kota - kota tersebut ke tahun 1800an. Termasuk memperhitungkan jumlah pemain (setting-an waktu), peralatan (kereta api tua, delman, gerobak, dsb), bahan pakaian, make -up, juga menghadirkan pemain - pemain londo (Belanda). Pembelajaran dari tokoh  K.H. Ahmad Dahlan dan pengajarannya membawa kita melihat realitas saat ini. Apakah masih demikian? Agama menurut K.H  Ahmad Dahlan adalah sebuah proses. Memaknai agama seperti musik yang membawa keindahan, ketenangan dan perasaan damai. Agama mengajarkan setiap umatnya untuk menghormati manusia lainnya, bahkan Islam yang sesungguhnya yang ingin disampaikan adalah agama yang toleran, yang membuka diri untuk suatu perubahan. Sebuah kalimat K.H Ahmad Dahlan yang sangat membekas adalah  "hanya orang bodoh yang jadi fanatik, musuh agama adalah kebodohan" juga mengenai sikap menghargai antar iman dengan berkata "agamaku adalah agamaku, agamamu adalah agamamu. Islam dalam tantangan dan peluangnya tergambar dalam film Sang Pencerah ini. Bagaimana umatnya sendiri kala itu mempercayakan dirinya pada sebuah tradisi, tokoh dan ajaran agamanya. Mengalami situasi sebagai negeri jajahan Belanda, yang masyarakatnya hidup dalam kemiskinan. Tantangan Islam dalam dunia pendidikan serta bagaimana Islam masuk kedalam gerakan sosial. Kenyataan akan "Kemiskinan", menjadikan K.H Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 sebagai organisasi sosial yang bergerak dibidang pendidikan. Semangat pendirian Muhammadiyah adalah keberpihakan pada kaum marjinal termasuk anak jalanan. Misi pendidikan dan kesehatan yang diangkat sendiri berasal dari Perkumpulan Budi Utomo. Dr Wahidin berkata ....Tanpa Perkumpulan, tidak akan ada perubahan. Menekankan aspek keorganisasian, menegaskan bahwa tak mungkin seseorang bekerja sendiri. Sedangkan K.H Ahmad Dahlan mengingatkan bahwa dalam sebuah organisasi hidup bukan untuk menghidupi dirinya sendiri namun bermanfaat bagi banyak orang ............"Hidup hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dari Muhammadiyah. Meski banyak pertanyaan, atas kelamahan sisi Sejarah yang ditampilkan juga termasuk bagaimana kelanjutan K.H Ahmad Dahlan pasca pendirian Muhmaddiyah, namun memaknai yang dilihat, didengar, untuk dirasa dan dilakukan adalah cara terbaik. Hidup perlu pembaharuan, dan hidup untuk membawa perubahan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun