Seniman, termasuk sastrawan, memang tidak pernah lepas dari masyarakat. Maka itu, luka masyarakat adalah sekaligus luka sastrawan. Kami kira itulah yang mendasari langkah sastrawan untuk segera melakukan sesuatu ketika ada peristiwa terjadi, terutama peristiwa bencana. Ketika tsunami Aceh, Gempa Yogya, hingga gempa Aceh pekan lalu, mendorong sastrawan meresonnya dengan cara mereka sendiri. Salah satunya yang digagas Willy Ana, penyair muda asal Bengkulu, yang berdomisili di Depok. Ia menggerakan para penyair Indonesia untuk mengumpulkan puisi untuk diterbitkan secara gotongroyong.
KEMBALI KE ARTIKEL