Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

16 Persen Pengidap HIV/AIDS di Kota Malang, Jatim, adalah Ibu Rumah Tangga

21 Juni 2012   01:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:43 281 0

"Komisi Penggulangan Aids (KPA) Kota Malang menemukan peningkatan penderita 2 persen tiap tahun untuk penderita Aids Di Kota Malang. Mayoritas penderita adalah pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif (Napza).” Ini lead di berita “Tiap Tahun Penderita Aids di Kota Malang Naik 2 Persen” (tribunnews.com, 19/6-2012).

Pernyataan pada lead berita itu mengesankan kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada satu tahun penularannya terjadi pada tahun itu pula. Ini tidak akurat karena tidak bisa diketahui dengan pasti kapan seseorang tertular HIV kecuali melalui transfusi darah.

Pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif. Artinya, kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya sehingga biar pun penderita HIV/AIDS sudah meninggal semua angka laporan tidak akan pernah turun.

Maka, yang terjadi adalah tambahan kasus yaitu kasus yang baru terdeteksi. Mereka tidak diketahui dengan pasti kapan tertular. Yang diketahui adalah minimal mereka sudah tertular tiga bulan. Tapi, kalau seseorang terdeteksi HIV pada masa AIDS berarti secara statistik dia sudah tertular HIV antara 5 – 15 tahun sebelumnya.

Dikabarkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Malang mulai tahun 1997 sampai Maret 2012 sebanyak 2.134.

Disebutkan bahwa tahun 2010 terdeteksi 294 kasus baru, sedangkantahun 2011  ditemukan 385 kasus HIV/AIDS baru. Nah, mereka yang terdeteksi di tahun 2010 dan 2011 tidak semuanya tertular di tahun 2010 dan 2011. Bisa saja mereka tertular jauh sebelum tahun 2011 (Lihat gambar).

Pertanyaannya adalah: Apakah bisa dibuktikan orang-orang yang terdeteksi HIV/AIDS sebagai penyalahguna narkoba memang tertular HIV melalui jarum suntik ketika mereka memakai narkoba dengan jarum suntik?

Tentu saja tidak. Soalnya, ada di antara mereka yang sudah melakukan hubungan seksual berisiko sebelum dan selama menyuntik narkoba.

Ada data yang tidak dikembangkan wartawan yaitu16 persen dari kasus HIV/AIDS di Kota Malang terdeteksi pada ibu rumah tangga.

Pertanyaannya adalah: Apakah suami 16 persen ibu rumah tangga yang terdeteksi HIV/AIDS itu sudah menjalani tesHIV?

Kalau jawabannya SUDAH, maka penyebaran HIV melalui suami ibu-ibu tsb. sudah diputus.

Tapi, kalau jawabannya BELUM, maka suami ibu-ibu itu menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah

Pertanyaan selanjutnya: Apakah KPA Kota Malang mempunyai program yang konkret untuk mendeteksi HIV/AIDS pada perempuan hamil?

Kalau jawabannya TIDAK, maka kemungkinan jumlah bayi lahir dengan HIV/AIDS tidak bisa diturunkan.

Dikabarkan: ”Untuk menurunkan jumlah penderita AIDS, dari KPA terus menggecarkan sosialisasi untuk mencegah AIDS.”

Tanpa program berupa intervensi yang konkret penanggulangan HIV/AIDS tidak akan pernah tercapai.

Perda AIDS Prov Jawa Timur pun tidak menjangkau penanggulangan HIV/AIDS di ranah realitas sosial sehingga tidak bisa diandalkan (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/21/menyibak-kiprah-perda-aids-jatim/).

Pertanyaannya: Apakah KPA Kota Malang bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa penduduk Kota Malang yang melacur tanpa kondom di Kota Malang atau di luar Kota Malang?

Kalau jawabannya BISA, maka tidak ada penyebaran HIV dengan faktor risiko hubungan seksual di Kota Malang.

Tapi, kalau jawabannya TIDAK BISA, maka ada laki-laki penduduk Kota Malang yang berisiko tertular HIV. Nah, laki-laki yang tertular HIV akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat terutama melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah.

Selama KPA Kota Malang tidak mempunyai program yang konkret, terutama untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki melalui hubungan seksual dengan pekerja seks, maka selama itu pula penyebaran HIV di Kota Malang akan terus terjadi.

Pemkot Malang tinggal menunggu waktu saja untuk ’panen AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap]***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun