Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

73 Remaja di Kabupaten Jayapura, Papua, Terdeteksi Mengidap HIV/AIDS

3 Juni 2012   01:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:27 491 0

Dalam Tiga Bulan, 933 Orang Terkena HIV/AIDS di Jayapura.” Ini judul berita di republika.co.id (2/6-2012).

Pernyataan pada judul berita yang sensasional itu tidak akurat dan menyesatkan. Tidak bisa diketahui secara pasti kapan seseorang tertular HIV, kecuali melalui transfusi darah. Yang terjadi di Jayapura, Papua, itu adalah pada priode Januari – Maret 2012 terdeteksi 933 penduduk yang mengidap HIV/AIDS. Ini fakta.

Seseorang terdeteksi mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV yang dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV yang baku, maka minimal sudah tertular tiga bulan sebelum tes HIV. Kalau yang terdeteksi HIV sudah pada masa AIDS yaitu sudah ada penyakit lain yang terkait dengan infeksi HIV, al. diare, ruam, jamur, sariawan, TBC, dll. maka ybs. Sudah tertular HIV antara 5 – 15 tahun sebelum tes. Secara statistik masa AIDS terjadi setelah tertular HIV antara 5 – 15 tahun (Lihat gambar).

Andaikan setiap malam 1 PSK meladeni 3 laki-laki, maka ketika PSK itu menjalani tes HIV sudah ada 3.600 – 10.800 laki-laki yang berisiko tertular HIV (1 PSK x 3 laki-laki/malam x 20 hari/bulan x 5 tahun atau 15 tahun).

Fakta tentang laki-laki yang menularkan HIV dan tertular HIV dari PSK bisa dilihat pada kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu rumah tangga dan bayi. Ibu-ibu rumah tangga tertular HIV dari suaminya.

Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) kabupaten Jayapura, Purnomo, dari 933 kasus itu 73 kasus terdeteksi pada remaja yang berusia 15-19 tahun.

Sayang, dalam berita tidak dijelaskan faktor risiko (kemungkinan cara penularan) penularan HIV pada 73 remaja itu.

Jika remaja yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS itu tertular melalui jarum suntik pada penyalahgunaan narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) secara bergantian juga tidak tepat karena sebelum dan selama memakai narkoba mereka juga melakukan hubungan seksual berisiko.

Jika faktor risiko adalah melalui hubungan seksual, maka yang terjadi adalah remaja itu tidak mengetahui cara melindungi diri agar tidak tertular HIV melalui hubungan seksual, terutama dengan PSK.

Kalau hanya sosialisasi berupa penyuluhan di sekolah-sekolah tidak ada gunanya karena materi penyuluhan tidak akurat. Informasi tentang HIV/AIDS selalu dibumbui dengan moral sehingga yang ditangkap remaja hanya mitos (anggapan yang salah).

Misalnya, ’hindari seks sebelum menikah’. Ini jargon moral yang tidak faktual karena risiko tertular HIV bukan karena belum menikah (sifat hubungan seksual), tapi karena dilakukan dengan orang yang mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi hubungan seksual).

Purnomo mengharapkan agar HIV/AIDS bisa jauh dari kalangan remaja perlunya peran orang tua dan pihak lainya dalam memberikan informasi yang baik dan benar tentang HIV/AIDS, sehingga pemahaman yang didapatkan remaja tentang penyakit yang belum ada obatnya itu bisa lebih baik.

Persoalannya adalah masalah seksualitas merupakan materi yang tabu dibicarakan di keluarga dan sekolah. Kalau pun ada semuanya hanya sebatas moral. Ini dosa. Itu tidak boleh. Dll.

Padahal, remaja harus menyalurkan dorongan seksual mereka setelah ’mimpi basah’. Tidak ada kegiatan di luar seks sebagai cara untuk menyalurkan dorongan seks pada remaja yang sudah ’mimpi basah’.

Dalam kondisi itulah diperlukan informasi yang akurat tentang cara-cara melindungi diri agar tidak tertular HIV melalui hubungan seksual. Celakanya, Pemkot Jayapura pun tidak mempunyai program yang konkret untuk menanggulangi insiden infeksi HIV baru.

Begitu pula dengan Perda AIDS Prov Papua sama sekali tidak ada satu pasal pun yang menawarkan cara penanggulangan HIV/AIDS yang realistis (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/06/eufemisme-dalam-perda-aids-prov-papua/).

Salama remaja hanya dijejali dengan informasi HIV/AIDS yang dibalut dengan moral, maka selama itu pula insiden infeksi HIV akan terus terjadi pada remaja. ***[Syaiful W. Harahap]***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun