Tenang aja, postingan saya bukan berisi ajakan untuk nyoblos orang ata partai tertentu kok. Karena saya juga bukan kader partai tertentu maupun simpatisan partai tertentu. Disini, saya netral.
Saya cuma mau ngajak, yuuk gunakan hak pilihnya pada 9 April kelak. Jangan cuma nonton ya. Tapi sebaiknya kita turut berpartisipasi.
Lha calon- calonnya saya nggak kenal e?
Ya ayuuk kenalan. Cari info apa aja tentang masing- masing calon. Lalu kita bandingkan satu sama lain. Yang mana yang track recordnya paling bagus. Yang mana yang betul- betul dekat dengan masyarakat. Programnya bagus dan janjinya nggak kelihatan muluk- muluk. Calon yang bagus- bagus kualitasnya juga masih banyak (baca:ada).
Maless ah... Kalau akhirnya dia jadi, ujung- ujungnya paling juga kesandung kasus korupsi!
Kalau udah jadi anggota dewan itu mah udah lain ceritanya. Banyak faktor yang memepengaruhi. Diantaranya bisa jadi ia terbawa arus, memang serakah, atau dijebak. Dan media juga mempunyai andil besar dalam menambahkan bumbu- bumbu pemberitaan. Sehingga banyak lho, berita yang sampai ke masyarakat versi aslinya direduksi atau malah ditambah- tambahi. Jadi, sebisa mungkin dari awal kita harus mempelajari data para calon anggota dewan. Pelajari data tentang partainya serta tren korupsinya. Biasanya nih, partai yang sering tersangkut kasus korupsi, besok- besoknya juga sering kena kasus lagi.
Nggak deh, gue mau golput aja di pilleg maupun pilpres. Takut besok pada korupsi. Kecewa lagi deh sama pemerintah.
Hmm, mau nyoblos atau golput itu pilihan. Semua pasti punya pertimbangan. Tapi nih ya, ini pesan bagi yang golput: jika pemerintah menggelontorkan kebijakan yang tidak pro- rakyat, jangan protes atau dicela ya. Ikut andil dalam memilih aja nggak, kenapa kalau ada masalah ikutan protes? Hehe, piss. :)
Sejatinya kita lah yang turut membuat perubahan itu. Bergerak dan menggerakkan. Jika ingin Indonesia yang lebih baik, ikutlah memilih calon pemimpin bangsa yang baik. Jadilah pemilih yang cerdas dalam pemilu kali ini. Dengan cara apa?
Kenali betul calon yang akan kita pilih. Jadi nggak milih asal- asalan. Jangan sampai nyoblos besok pakai ilmu ngitung kancing atau merem terus di kira- kira aja. Kita memilih harus ada dasarnya. Timbanglah kualitas dari masing- masing calon. Bukankah kalau mau menikah juga kita menimbang bibit, bebet, dan bobot dari calon suami/istri kita?
Jadilah pemilih yang cerdas dan tidak gampang terbawa arus. Misal nih, ada kampanye di jalan yang suaranya mengalahkan petir di angkasa, ya nggak usah ikut- ikutan berkampanye seperti itu. Disamping hal itu membuat sakit telinga, juga mengganggu pengguna jalan yang lain. Kasihan kan pengguna jalan yang lain jadi terganggu. Apalagi jika ada anak kecil.
Terus nih, jika ada kampanye yang bagi- bagi uang, jangan terima. Secara nggak langsung, itu malah memmperlihatkan bahwa mereka merupakan calon pemimpin yang buruk. Lihat saja ketika sudah jadi kelak, pasti nggak jauh- jauh sama yang namanya suap menyuap atau korupsi. Ada lagi konser dangdut yang menyajikan wanita yang aduhai, bapak- bapak pada ikutan. Katanya itung- itung hiburan gratis, bisa cuci mata, dan ketemu artis ibukota. Oh No!
Kampanye seharusnya mengedukasi masyarakat dengan baik. Sudah saatnya kita menjadi pemilih cerdas, dengan melihat partai/calon mana yang berkampanye yang sekaligus memberikan edukasi. Partai/calon legislatif yang baik bisa dilihat dari caranya berkampanye kok. :)
Nah, nggak susah kan untuk turut menyumbangkan satu suara. Jangan pelit untuk ngasih satu suara ya. Dan besok tanggal 9 April jangan lupa, Ayo Nyoblos!