Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Meningkatkan Pembelajaran Bermakna melalui Reverse Engineering

6 Oktober 2024   09:00 Diperbarui: 6 Oktober 2024   09:06 25 0
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan pendidikan teknologi di sekolah menengah mengalami tantangan besar, terutama terkait dengan kurangnya tenaga kerja yang melek teknologi dan terampil dalam desain sistem modern. Artikel oleh Igor Verner dan Moshe Greenholts (2017) memberikan solusi yang menarik dengan mengusulkan penggabungan pendekatan rekayasa terbalik (reverse engineering) dalam pendidikan teknologi, khususnya di program pelatihan guru. Mereka berargumen bahwa pendekatan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga mendorong pembelajaran yang lebih mendalam dan bermakna. Dalam konteks pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), pembelajaran bermakna menjadi fokus penting karena siswa tidak hanya diharapkan untuk menguasai teori tetapi juga menerapkannya dalam situasi dunia nyata.

Pendekatan ini, menurut Verner dan Greenholts, sangat relevan mengingat meningkatnya kebutuhan global terhadap tenaga kerja terampil di bidang teknologi. Misalnya, dalam upaya memperluas pendidikan teknologi di sekolah-sekolah, dengan program-program seperti Intel Makers Program yang mendukung inisiatif ini. Data dari OECD (2016) menunjukkan bahwa negara-negara maju mengalami kesulitan dalam memprediksi dan memenuhi kebutuhan keterampilan teknis di masa depan. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran seperti rekayasa terbalik diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini.

Pendekatan rekayasa terbalik sendiri bukanlah hal yang baru, tetapi penggunaannya dalam pendidikan, terutama di tingkat sekolah menengah, masih kurang dieksplorasi secara optimal. Verner dan Greenholts berhasil menunjukkan potensi besar metode ini untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih aktif, kritis, dan terfokus pada pemecahan masalah nyata.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun