Pendekatan ini, menurut Verner dan Greenholts, sangat relevan mengingat meningkatnya kebutuhan global terhadap tenaga kerja terampil di bidang teknologi. Misalnya, dalam upaya memperluas pendidikan teknologi di sekolah-sekolah, dengan program-program seperti Intel Makers Program yang mendukung inisiatif ini. Data dari OECD (2016) menunjukkan bahwa negara-negara maju mengalami kesulitan dalam memprediksi dan memenuhi kebutuhan keterampilan teknis di masa depan. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran seperti rekayasa terbalik diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini.
Pendekatan rekayasa terbalik sendiri bukanlah hal yang baru, tetapi penggunaannya dalam pendidikan, terutama di tingkat sekolah menengah, masih kurang dieksplorasi secara optimal. Verner dan Greenholts berhasil menunjukkan potensi besar metode ini untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih aktif, kritis, dan terfokus pada pemecahan masalah nyata.