Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Prabowo Diktator, “Raja” Pembuat Konflik Perang Saudara

1 April 2014   20:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13 1080 0
[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="sumber: tempo.co"][/caption]

Mungkin dari kita banyak yang telah membaca buku “Timor Timur The Untold Story”, buku yang mengisahkan sisi lain sejarah panjang Timor Timur beserta konfliknya dari sisi seorang prajurit TNI Kiki Syahnakri. Dalam buku ini juga ditulis tentang peselisihan paham Kolonel Kiki yang saat itu menjabat Komandan Korem Timor Timur dengan Kolonel Prabowo Subianto yang menjabat sebagai Wadan Kopassus. Dari sini kita dapat melihat betapa arogannya dan liciknya Prabowo dalam menjalankan tugasnya sebagai prajurit. Pencipta konflik yang sangat handal, lalu melemparkan masalahnya pada pihak lain.

Pertengahan tahun 1995. Prabowo menjalankan operasi melati dengan menerbitkan bulletin dan membentuk “massa tandingan”. “Massa demonstran sungguhan dengan massa demonstran tandingan”. Prabowo ingin membenturkan masyarakat dengan masyarakat agar kerusuhan tidak dilimpahkan pada pihaknya. Keinginan Prabowo ini ditentang keras oleh Kolonel Kiki karena akan menimbulkan konflik horizontal yang memakan banyak korban, semakin lama akan kian meluas hingga sulit diredam, ujung – ujungnya toh TNI juga yang harus turun tangan.

“Wo, anda pasti paham bahwa senjata ampuh kita dalam bidang diplomasi sehingga kita masuk ke Timor Timur dan masih berada disini hingga saat ini adalah argumentasi kita yang menyalahkan Portugis, karena mereka meninggalkan Timor Timur tanpa tanggung jawab sehingga terjadi perang saudara, terutama antara UDT dan Fretilin. Nah sekarang kita mau membuat massa tandingan menghadapi demonstrasi? Bukankah dengan itu kita pun melakukan kesalahan yang sama, menciptkana perang saudara lagi? Saya menegaskan pandangan saya atas penolakan itu,” kata Kolonel Kiki.

“Enggak bisa Bang! Tidak ada jalan lain. Nanti ada tuduhan pelanggaran HAM lagi kalau tidak segera dibereskan,” jawab Prabowo dengan nada tinggi.

“Wo, lalu siapa yang bertanggung jawab jika ada korban dalam benturan antara demostran dan massa tandingan itu? tetap saya yang bertanggung jawab bukan kamu!” tegas Kolonel Kiki.

“Kan implementasinya bisa diatur! Bisa dikendalikan! Korem harus bisa mengendalikan, Abang selama ini telah gagal… saya justru mau membantu Bang!” cetus Prabowo dengan suara yang makin tinggi.

“Apa..?? Saya gagal?? Wo, mana mungkin bisa dikendalikan, kalau sudah jatuh korban, pasti perkelahian akan meluas, bahkan akan menjalar ke tempat lain!” kata Kolonel Kiki. Prabowo terkesan menyederhanakan masalah dan mengalihkan tanggung jawab.

Kolonel Kiki kemudian berbicara dengan Pangdam Udayana Mayjen Adang Ruchiatna. Pangdam sependapat dengan Kolonel Kiki, massa tandingan tersebut tidak boleh dibiarkan berjalan. Secara fundamental konsep itu bertentangan dengan filosofi operasi lawan gerilya, maupun dengan nilai yang dianut TNI, Sapta Marga dan Delapan Wajib TNI.

Dari sepenggal dialog antara Kolonel Kiki dan Prabowo diatas menunjukkan pada kita betapa jahatnya Prabowo. Selama ini dirinya mengklaim diri sebagai prajurit yang sangat menjaga nama baik kesatuan dan menjalankan tugas militer dengan sebaik – baiknya ternyata omong kosong. Prabowo yang saat itu masih berstatus menantu Presiden merasa punya kekuatan besar untuk menekan siapa saja yang menentang pendapatnya.

Tidak bisa dibayangkan orang tempramen dan tidak bertanggung jawab seperti Prabowo menjadi Presiden Indonesia. Prabowo akan memimpin Indonesia dengan kediktatoran, nasib Indonesia akan sama dengan negara – negara yang dipimpin oleh diktator. Tanah air akan bergelimangan darah, perang dan konflik akan pecah dimana – mana. Tidak aka nada lagi kedamaian di negeri bertuah ini.

Bagaimana mungkin seorang penjahat bisa kembali dari pengasingannya dari Yordania dan mengaku sebagai seorang “Patriot”? Sungguh gila dan benar – benar gila!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun