Teman kami sebut saja namanya Anita (berasal dari salah satu negara tetangga Indonesia) menikah dengan WN Jerman dan mempunyai satu orang putri bernama Nina. Nina adalah teman sekelas dari putri kami. Hubungan antara kami dengan keluarga Anita sangat baik, bahkan kami pernah berlibur bersama ke Itali. Liburan yang sangat menyenangkan bagi kami semua.
Anita yang berhasil hidupnya di Jerman, mulai menarik satu per satu adik perempuannya dari negaranya dan sudah pasti menjodohkan mereka dengan pria Jerman. Salah satu dari adiknya bernama Brigitta. Dari perkawinannya bersama pria sebangsa, Brigitta dikaruniai 3 orang putra dengan usia antara 11 – 18 tahun. Sangat disayangkan, perkawinan tersebut tidak bisa dipertahankan dan merekapun bercerai.
Menurut cerita Anita, ex-suami dari Brigitta tidak mau menanggung biaya ketiga putra mereka dan membiarkan Brigitta berjuang sendiri untuk menghidupi ketiga putranya.
Karena merasa kasihan dan tentunya ingin mengubah nasib adiknya, Anita berusaha menjadi Mak Comblang dengan mencari calon suami yang berwarga negara Jerman dan mau menerima Brigitta bersama ketiga putranya.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Anita berhasil menemukan calon suami sebut saja namanya si C untuk Brigitta. Setelah proses birokrasi lulus dilalui oleh Brigitta, tinggallah mereka bersama-sama (C, Brigitta dan ketiga anak-anaknya) di rumah C di salah satu kota yang cukup mahal tingkat kehidupannya.
Rumah tangga Brigitta, kalau dilihat dari keadaan ekonomi ya boleh dibilang berkecukupan, ketiga putranya belajar di Sekolah Internasional karena mereka tidak bisa berbahasa Jerman. Dalam dua bulan si putra sulung (18 tahun) berhasil lompat kelas dan mendapat beasiswa dari salah satu organisasi di kota tersebut. Kesimpulan yang bisa diambil bahwa Brigitta berhasil mendidik ketiga putranya, baik dalam sopan santun dan prestasi di sekolah.
Karena sekolah anak-anak memerlukan biaya besar, Brigitta mulai bekerja apa saja dengan bahasa Jerman yang masih terbatas. Sebagai seorang sarjana ekonomi, Brigitta berhasil mendapat pekerjaan dalam sebuah Pusat Perbelanjaan sebagai tenaga yang mengurus inventaris barang-barang dari Pusat Perbelanjaan tersebut.
Hari-hari berlalu dengan teriakan dan makian dari sang suami terutama terhadap ketiga anak-anak Brigitta. Rasa sakit hati, terhina membuat phisik Brigitta semakin kurus ditambah dengan tinggi badan yang tidak mencapai 155 cm, benar-benar terlihat seperti tubuh seorang gadis remaja.
Terakhir saya bertemu dengan Brigitta pada saat pesta ulang tahun Anita yang ke-50. Saat itu dia mengeluh dan curhat kepada saya dan berniat ingin mengajukan cerai.
Disamping suaminya, ada dua pria Jerman yang menjadi sahabat dari Brigitta, sebut saja si A dan si B. Si A benar-benar jatuh cinta pada Brigitta dari pertama kali dia liburan ke Jerman jauh sebelum dia memutuskan datang bersama ketiga putranya untuk menikah dengan si C. Brigitta menolak cintanya si A karena dengan terus terang si A tidak sanggup membiayai hidup ketiga putra Brigitta jika mereka hidup bersama, tetapi mereka tetap berteman. Sedangkan si B yang membantu proses perceraian Brigitta dengan si C.
Pada hari naas tepatnya pada tanggal 2 Desember 2011, Brigitta mengajukan cerai, saya tidak tahu persis bagaimana ceritanya, apakah ada pertengkaran atau tidak, yang sudah pasti si C mengajak Brigitta untuk keluar rumah agar urusan mereka tidak diketahui oleh anak-anak.
Pada saat itu si B sudah memperingatkan agar Brigitta jangan keluar rumah dengan si C.
Nasehat dari si B tidak didengar oleh Brigitta dan dia langsung masuk kedalam mobil sang suami dan mobilpun melaju ke arah luar kota. Sampai di satu kota, mereka berhenti dan terjadilah pertengkaran yang berakhir dengan 6 (enam) tusukan pada tubuh Brigitta. Setelah melampiaskan kemarahannya, si C melarikan diri dan meninggalkan Brigitta yang terluka. Puji Tuhan ada orang yang melihat kejadian tersebut dan mencatat mobil si suami.
Setelah Polisi diberi tahu, pengejaranpun dilakukan dan akhirnya si suami berhasil ditangkap pada radius 10 Km dari tempat kejadian.
Pada tanggal 3 Desember siang, saya menjemput anak-anak dari stasiun KA, saat itu saya mendapat berita dari putri saya bahwa Brigitta meninggal. Pertama-tama saya tidak percaya karena selama ini Brigitta tidak pernah sakit. Lalu putri saya bilang kalau Brigitta meninggal karena dibunuh oleh suaminya. Mengapa ? mengapa wanita yang selembut, pintar, bermental baja, berbudi baik harus menanggung semuanya ini, diakhiri masa hidupnya hanya karena rasa ”cemburu” dari si suami ?.