Liburan musim panas belum berakhir, masih ada Propinsi (Länder) yang diliputi suasana libur karena liburan musim panas di Jerman tidak dilakukan secara serentak guna menghindari sibuknya arus lalu-lintas di jalan bebas hambatan, jasa KA, laut dan udara.
Tidak semua keluarga di Jerman mempunyai kendaraan pribadi, terutama bagi keluarga kecil yang tinggal di kota besar dimana transport publik sangat memadai dan selalu beroperasi hampir 24 jam per hari, maka mereka tidak harus mempunyai kendaraan pribadi. Lain halnya dengan kami yang tinggal di kota kecil dengan situasi dan kondisi transport publik yang berkebalikan dari kota besar.
Seperti keadaan di Tanah Air, begitu juga di Jerman dimana mereka yang masih aktif bekerja harus berpindah daerah, mengikuti pekerjaan yang mereka dapat, oleh karena itu istilah „mudik“ hanya 3 hari atau satu akhir pekan sering dilakukan.
Akhir pekan kali ini, kami harus mudik karena undangan ulang tahun dari teman „Bermain Pasir“ atau dalam Bahasa Jermannya „Sandkastenfreund“ atau mungkin tepatnya dalam Bahasa Indonesia disebut „Teman bermain Layang-layang“ suami saya. Mudik bagi suami dan saya berarti kembali ke Aachen, kota dimana suami saya besar, studi dan bekerja untuk pertama kalinya.
Aachen terletak kira-kira 270 Km dari tempat tinggal kami, dan merupakan kota terbarat dari wilayah Jerman, dekat daerah perbatasan dengan Belanda dan Belgia. Karena posisi Aachen tersebut maka tidak mengherankan jika banyak penduduk Aachen yang bisa berbahasa Belanda atau Perancis.
Aachen masuk dalam wilayah/propinsi (Länder) Nordrhein-Westfalen dengan Ibu Kota Köln.
Bagi kita WNI, kota Aachen tidak asing lagi karena Ex Presiden RI, Bapak B.J Habibie adalah almamater dari RWTH (Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule) Aachen (Universitas Tehnik Aachen).
Diperkirakan ada sekitar 2500 Pelajar Indonesia yang belajar di RWTH, yang terkenal sebagai Universitas Tehnik terbesar dan salah satu dari Universitas tertua di Eropa dengan reputasi yang sangat baik, disamping terkenal, biaya kuliah di RWTH juga tidak mahal.
Sebagai kota pelajar yang berpenduduk 258.664 jiwa (per 31 Des.2010), selain terkenal dengan RWTH-nya, Aachen juga dikenal sebagai kota Penyelenggara Balap Kuda Internasional CHIO (Concours Hippique International Officiel) yang diselenggarakan setiap tahun guna memperebutkan Piala Karlspreis.
Dari sisi sejarah, Aachen merupakan kota tua yang sudah ada sejak zaman Neolithikum (3000 – 2500 SM). Dom Aachen (Gereja Kathedral), yang juga merupakan Pusat Keuskupan didirikan pada abad ke-8 oleh Karl der Große, dengan bentuk Oktogon dan mendapat pengakuan dari UNESCO pada tahun 1978 sebagai Monumen pertama Jerman dan kedua Dunia dari urutan Peninggalan Budaya Dunia.
Bagi Pelancong yang suka kulinaris, Aachen terkenal dengan Kue Printenya (kue yang terbuat dari coklat, madu dan aroma rempah-rempah). Disamping itu kita bisa mengunjungi Pabrik Coklat/Gula-gula Lambertz dan Lindt yang sangat terkenal dengan harga yang cukup miring.