Pukul enam lewat tiga puluh menit, angin menyusup melalui tralis dan kisi jendela kamarku. Tirai tipis melenggok genit, menyapa malas dengan senyuman sedikit panas. Syur! Cuma sekilas. Burung mencericit serasa terjengit. Mereka ada di pucuk pohon bunga kenanga. Mereka saling menyapa, burung malam terbang, burung pagi hinggap. Semesta menjalankan peran alaminya. Ada kedatangan, pun kepergian. Hujan mulai menitik, mendesakkan pagi bergegas. Angin enggan beranjak, syur. Dedaunan menggeleng dan menelengkan wajah. "Sudah ramai!" desah mereka.
KEMBALI KE ARTIKEL