Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Museum Nasional Indonesia, Aku Akan Kembali

21 Mei 2014   06:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 102 0

Pada awal acara, hadirin disuguhi dengan gamelan Jawa “Kodok Ngorek” persembahan dari siswa SMP Makna Bakti Kemayoran, Jakarta. Sebagai orang Jawa (Solo) saya tahu bahwa gendhing “Kodok Ngorek” dikumandangkan sebagai penyambutan kepada para tamu sebuah perhelatan acara penting. Suasana Pembukaan Festival Museum pagi itu berhasil membawa saya pada nuansa tradisional yang saya alami waktu kecil dulu. Ada kebanggaan dan kerinduan dengan kemegahan seni budaya yang pernah saya akrabi keberadaannya. Saya bahagia dan terharu menikmati alunan gendhing ini, yang dimainkan oleh siswa-siswa yang lahir dalam generasi era K-Pop dan tarian Salsa. Tentu semua itu tidak ada salahnya asalkan kebudayan bangsa sendiri juga dikenali dan diapresiasi keberadaannya.

Permainan musik gamelan Jawa dilanjutkan dengan lagu campur sari, yaitu komposisi musik Jawa dengan nada dan lirik kontemporer berbahasa Indonesia. Musik ini menghangatkan pagi, dan menyemangatkan hati karena iramanya yang dinamis, dengan lirik yang mengandung pesan agar warga Indonesia wajib membela negara. Sangat monumental, meskipun saya tidak melihat apresiasi yang memadahi dari para hadirin. Asumsi saya, mungkin bagi sebagian orang, permainan siswa-siswa remaja ini belum memenuhi harapan hadirin untuk menyaksikan pagelaran seni berkaliber profesional.

Pembukaan Festival Museum dimeriahkan juga dengan penampilan siswa SMPN 29 Jakarta, yang membawakan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Saat itu saya tidak bisa menahan diri untuk bergabung menyanyikannya bersama mereka, meskipun dari tempat saya berdiri --- ya, semua hadirin diundang berdiri saat lagu Indonesia Raya diperdengarkan.

Acara selanjutnya antara lain Tari Piring dan Tari Tokecan persembahan siswa SMAN 70, Jakarta. Grup Archipelago kembali membuat semua hadirin spontan bertepuk tangan untuk penampilan musik tradisional Nusantara yang mereka bawakan.

Seusai suguhan kesenian di panggung, hadirin diberi kesempatan berkeliling ke ruang pameran Museum berlantai 4 ini. Sementara itu, tuan rumah sudah menyediakan hidangan makan siang di lantai dasar. Di lantai tempat para tamu makan siang ini, siswa SMPN 29 Jakarta tampil kembali dengan lagu Tanah Airku dan Sik Sik Manikam. Selain itu, ada lagi dua tarian baru oleh siswa dari sekolah berbeda.

Saya sempat ngobrol dengan sekelompok kecil siswa SMA yang ikut memeragakan hasil karya robot. Mereka membuat robot ini dengan dukungan dan dana dari MNI. Siswa tersebut mengatakan bahwa pembuatan robot ini dimaksudkan sebagai bagian dari promosi yang ditujukan kepada masyarakat luas, dan siswa serta kaum muda pada khususnya --- agar mereka makin tertarik mengunjungi Museum. Saya salut dengan strategi inovatif yang dilakukan pihak MNI ini.

Acara bergulir dengan lancar, dengan diresmikannya Pembukaan Festival Museum oleh Dirjen Kebudayaan – Prof . Kacung Marijan, yang didampingi oleh Kepala  Museum Nasional, Dra. Intan Mardiana M.Hum --- dan diiringi oleh penampilan grup musik Archipelago.

Dalam sambutannya, Dirjen Kacung Marijan menyatakan bahwa makna museum bukan hanya sebagai penyimpan benda kuno. Museum punya peran penting dalam menghubungkan sejarah dan peradaban masa lalu. Ini berguna dalam merefleksikan kehidupan masa kini, dan sebisa mungkin menjadi kebijakan dalam memproyeksikan rencana masa depan.

Sejarah membuktikan bahwa peradaban itu tumbuh dengan luar biasa. Ini berlaku universal. Museum Nasioanal Indonesia dalam usianya yang ke-236, diharapkan menjadi rumah budaya rakyat. Museum bukan hanya untuk orang tertentu, kalangan tertentu, dan bisa dikunjungi kapan pun. Tentu terkecuali pada hari “perawatan” yang biasanya diadakan sekali seminggu.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud --- Prof. Kacung Marijan mengajak semua komponen bangsa untuk bersama-sama melestarikan museum.

Sekilas tentang Museum Nasional Indonesia

Pada tahun 1778, sekelompok sarjana Belanda mendirikan lembaga ilmiah untuk mempromosikan penelitian di bidang seni dan ilmu pengetahuan di Hindia Belanda , setelah Abad Pencerahan di Eropa . Ketika Inggris menjajah Jawa untuk periode yang singkat, Thomas Stamford Raffles sebagai Gubernur Jenderal Hinda-Belanda waktu itu, memerintahkan pembangunan gedung baru sebagai  balai pertemuan dan museum . Namun, selama tahun-tahun berikutnya karena meningkatnya jumlah koleksi , Belanda membangun museum yang lebih besar untuk menyimpan dan memajang artefak .Baru pada tahun 1868 museum resmi dibuka untuk umum .

Museum Nasional Indonesia ( Museum Nasional ) juga disebut Museum Gajah  karena di halaman depan Museum itu dipajang sebuah patung gajah, yang dulu dihadiahkan oleh Raja Chulalongkorn ( Rama V ) dari Thailand, sebagai pertukaran hadiah seorang Raja di Jawa yang berupa patung Buddha. Dengan puluhan ribu artefak dari seluruh Indonesia dan Asia , Museum Nasional memiliki koleksi terkaya dan paling komprehensif tentang sejarah Indonesia .

Museum Nasional Indonesia yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat ini, memiliki koleksi peninggalan sejarah yang sangat beragam dan luas cakupannya --- koleksi yang menggambarkan bukti adanya peradaban sebuah bangsa. Museum Nasional Indonesia menyimpan sekitar XXX koleksi, dari relief dan artefak, sampai benda-benda terbuat dari emas dan logam berharga lainnya. Museum Gajah banyak mengoleksi benda-benda kuno dari seluruh Nusantara. Antara lain yang termasuk koleksi adalah arca-arca kuno, prasasti, benda-benda kuno lainnya dan barang-barang kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, dan benda berharga.

Koleksi benda-benda kuno perlu dipertahankan, maka pengunjung tidak diijinkan memotret koleksi yang ada di lantai 4. Sebuah gambaran manusia zaman purba terpapar di sudut lantai satu, dan ini mengingatkan siapa pun yang nerkunjung agar tidak melupakan perkembangan peradaban manusia, khususnya nenek moyang bangsa Indonesia.

Saat ini Gedung Museum Nasional sedang mengalami renovasi, yang direncanakan selesai pada tahun 2017. Harapannya, Museum Nasional yang Diperbarui kelak akan bisa juga dimanfaatkan untuk tempat pertemuan atau kunjungan para tamu negara, alih-alih hanya di Istana Negara saja.

Acara Festival Hari Museum Internasional dan Memperingati 236 Tahun Museum Nasional Indonesia, yang diadakan dari tanggal 17 sampai 24 Mei 2014 ini patut diapresiasi . Sudah saatnya pemerintah membangkitkan kembali kesadaran dan minat masyarakat agar menghargai dan mengunjungi museum. Ini terutama mengingat bahwa fungsi museum adalah menghubungkan manusia masa kini memahami akar budayanya, mengenalkannya kepada generasi muda agar selanjutnya mereka menjadi penerus bangsa yang bangga akan jati diri kebangsaannya. Hal ini sangat krusial demi mengembangkan dan menguatkan identitas kebangsaan,sehingga kebudayaan dan kekayaaan seni seluruh elemen bangsa tidak akan punah, namun sebaliknya memberikan inspirasi masa depan.

"Museum Collection Make Connection."

Museum Nasional Indonesia memiliki peran ganda, yaitu ke luar dan ke dalam. Ke luar, adalah mengenalkan budaya dan peradaban bangsa Indonesia di mata warga asing, sedangkan ke dalam adalah untuk menguatkan rasa nasionalisme anak bangsa, menumbuhkan rasa kebanggaan nasional, dan menginspirasi agar manusia generasi mendatang, punya potensi keunggulan berpijak pada khasanah bangsa sendiri.

Perlu diingat bahwa mengelola museum itu bagi sebuah negara besar seperti Indonesia ini, tentu sangat kompleks. Ada tuntutan profesionalisme oleh sumber daya manusianya, juga kemajuan dan penguasaan teknologi informasi, demi pengelolaan koleksi yang tidak cukup mengandalkan penanganan konvensional, sedemikian rupa agar museum dan koleksinya bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Data koleksinya harus bisa dikelola dengan baik dan profesional demi kelestarian dan keamanannya.

Saya senang mengamati bahwa saat itu banyak hadir anak-anak sekolah --- dari siswa Sekolah Dasar, sampai Sekolah Lanjutan Atas. Memang idealnya, pihak Museum dan pemerintah perlu menyadari bahwa sejarah kebangsaan sangat penting buat generasi muda, dan karena itu perlu ada program-program museum yang diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan nasional.

Kehadiran Prof Dr. Ing Wardiman Djojonegoro

Bersama perwakilan dari Indonesian Heritage Society, Prof. Wardiman berkeliling di kawasan gedung tempat diadakannya pembukaan resmi festival. Kehadiran mantan Mendikbud ini bukan tanpa alasan. Beliau adalah Menteri yang dalam pimpinannya (1993-1998), memprakarsai kebijakan perluasan gedung dan lahan pameran, sehingga menjadikan Museum Nasional Indonesia lebih megah dan disegani semua bangsa.

Indonesian Heritage Society (IHS), Sahabat Museum Nasional

Sejak 40 tahun yang lalu, IHS telah mendukung Museum Nasional dalam mempromosikan pengetahuan, penghargaan dan pemahaman tentang budaya warisan budaya Indonesia. Kemitraan ini antara lain diwujudkan dengan pemberian pelatihan 10 minggu untuk mereka yang berminat menjadi pemandu tur di Museum Nasional. Para pemandu tur ini memberikan bantuan kepada pengunjung dari seluruh penjuru dunia untuk mempelajari khasanah budaya dan warisan seni Indonesia.

Promosi Kebudayaan di Indonesia dan di Luar Negeri

Promosi ini dilakukan oleh Museum Nasional melalui pameran di luar museum. Untuk kawasan Indonesia, setiap tahun Museum Nasional aktif dalam pameran nasional, yang melibatkan seluruh museum dari berbagai provinsi di Indonesia.

Pameran Museum di luar negeri sudah diadakan di berbagai negara, antara lain: di Perancis (2005), di Korea (2005-2007), dan di Mexico & Iran (2013)

Kesan dan Pesan Saya.

Ibu Kota Negara Indonesia tidak akan lengkap tanpa keberadaan sebuah Museum Nasional, yang berisikan semua peninggalan budaya daerah dan nasional bangsa Indonesia. Kunjungan saya kali ini ke MNI --- yang popular disebut dengan Museum Gajah, menyadarkan saya betapa pentingnya membangkitkan jiwa kebangsaan kepada generasi muda, melalui pengenalan dan apresiasi benda-benda yang dikoleksi oleh MNI.

Museum menjadi sumber pengetahuan untuk mengeksplorasi dan menemukan ide-ide baru yang tidak pernah kita bayangkan. Dari sana, kita bisa belajar tentang kebaikan, zaman kejayaan, bahkan jatuh bangunnya perjalanan bangsa.

Marilah kita menghargai museum, mengenalkannya kepada siapa saja untuk memahami entitas budaya bangsa Indonesia. Museum Nasional yang megah, kaya dengan beragam koleksi langka dan berharga, tidak menuntut bayaran tinggi dari pengunjungnya. Dengan  karcis masuk seharga tidak lebih dari Rp 5.000, kita akan mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan wawasan luar biasa nilainya. Bila pengunjung ingin mengoptimalkan hasil pengamatannya tentang koleksi yang ada, maka museum ini menyediakan pemandu yang profesional.

Dirgahayu Museum Internasional. Dirgahayu Museum Nasional Indonesia!

Sumber data: Buku “Potret Museum Nasional Indonesia Dulu, Kini & Akan Datang”, Museum Nasional Indonesia

Situs Web Museum Nasional Indonesia

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun