Latihan di laut terbuka itu merupakan rangkaian dari dari latihan sebelum yang dilakukan di kolam renang. Latihan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat lolos memperoleh sertifikasi penyelaman tingkat A1 dan A2.
"Saya tertarik mengikuti selam ini, sebab banyak tantangan dan ingin menikmati keindahan alam bawah laut, dan sangat mendukung sekali dengan perkuliahan, lagi pula tentu tidak semua orang dapat menikmati keindahan bawah laut tanpa belajar terlebih dahulu," ungkap Nofrizal salah sorang penyelam mahasiswa Fakultas Perikanan UBH.
Hal itu pun diamini Zul, yang mengikuti kegiatan unit selam, karena penasaran ingin melihat betul bawah laut seperti yang sering dilihatnya melalui layar televisi.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Fedro Iswadi menyebutkan, sebelum di lakukan latihan di perairan terbuka, terlebih dahulu, harus berlatih tentang dasar-dasar penyelaman. Seminggu sekali mereka berlatih di kolam renang Teratai GOR Agus Salim. Latihan dasar itu berupa berenang sejauh 200 meter, menyelam sedalam 4 meter, berjalan di air (water trappen), dan floating alias mengambang di atas permukaan air.
“Disamping itu juga di berikan teori-teori dasar penyelaman” ujar mahasiswa FKIP ini.
Fedro menyebutkan, walau ia mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, namun Olah raga selam merupakan sebuah tantangan tersendiri baginya untuk dapat berperan serta dalam pengembangannya.
“Selain itu, merupakan sarana dan prasarana pendukung keterampilan khusus, diantaranya kemampuan teknis penyelaman yang benar aman serta nyaman”, imbuh Fedro.
Monitoring Transplantasi terumbu karang
Latihan perairan terbuka di Pulau Sironjong Carocok Anau Nagari Ampang Pulai, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan itu tidak hanya sekedar latihan. Tetapi sambil menyelam mereka juga menunjukkan kepeduliannya pada pelestarian terumbu karang.
Caranya adalah dengan memonitoring serta membersihkan sedimen-sedimen di subtrat transplantasi karang yang sudah ditanam sejak Oktober tahun lalu. Kegiatan pemantauan sekaligus membersihkan sedimen di subtrat tersebut perlu dilakukan agar pertumbuhannya baik dan sesuai dengan yang di inginkan.
“Pemantauan dan pemeliharaannya dilakukan tiap tiga bulan sekali, karena ada di beberapa tempat yang kami lakukan transplantasi, maka hampir tiap bulan kami melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Asyiknya, kami bisa mendata keadaan terumbu karang sekaligus jalan-jalan,” ujar Fedro.
Kegiatan monitoring itu pun dilakukan sekaligus latihan perairan terbuka dan UKM Diving Proklamator Universitas Bung Hatta bersama-sama dengan masyarakat setempat serta relawan-relawan pencinta terumbu karang pantas berbangga dan beruntung karena kegiatan transplantasi terumbu karang di daerah mereka, dalam rangka ikut melestarikan sumberdaya kelautan dan pesisir, menunjukkan hasil yang sangat mengembirakan