Masih terhampar di seberang birunya lautan angkara
Angin yang berbisik tak mampu menggulingkan butir untuk berputar
Setapak kehidupan curam tak berujung membawa padam asa akan cita
Di ufuk sana siluet senyum mentari telah sirna selaksa semesta melepas tahta
*
Dikemurungan antara siang dan malam aku sadar akan bimbang
Mengapa senja selalu sama
Diri inikah yang salah, terjaga selalu akan dosa
Sakit yang kurasa bukan kepalang
Tak terlihat kasat mata tapi batin selalu tersiksa
*
Bagaimana bila sebulir air itu membatu menjadi sebutir pasir di daun talas
Apakah ia juga akan goyah mengikuti arus?
Tapi hati ini terlalu lembut untuk jadi batu
Aku pilih berdiri pada naluri sebab bila kupergi ke ujung dunia, ketidakpengertian dan kejamnya mulut manusia pasti kubawa
Namun aku lebih tahu kini
Keterusterangan akan sejatinya diri harus dipertahankan walau harus mengucurkan darah