“…..Pada angin yang berbisik dihatimu Mungkin bayangku tak kau hiraukan lagi Namun dalam syair doa-doa ku Namamu masih mewarnai guratannya….” Dalam perjalanan dari kantor malam ini secara tidak sengaja saya mendengar puisi yang begitu indah dilantunkan di salah satu stasiun radio ibukota yang cukup terkenal. Hal yang semakin membuat hati saya tersentuh sekaligus terkagum-kagum yaitu setelah mengetahui bahwa penulisnya adalah seorang tuna netra dan karyanya didedikasikan guna mendukung gerakan 1000 buku untuk orang-orang yang bernasib sama dengannya. Ternyata bagi penyandang tuna netra untuk mendapatkan informasi apalagi menikmati sebuah buku bukanlah hal yang mudah! Pernakah kita bayangkan jika seorang tuna netra ingin membaca sebuah buku yang belum tercetak dalam huruf Braille mereka harus mendatangi yayasan Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) dan meminta agar buku tersebut dirubah dalam bentuk Braille book atau audio book. Belum lagi harga bahan baku dan peralatan untuk mencetak tidaklah murah, Harga printer braille dari Norwegia untuk seri 400 sekitar Rp 600 juta dan sekitar Rp 400 juta untk seri 200, sedangkan kertas continuous form yang digunakan untuk mencetak buku dengan ukuran 160 gram berharga, Rp 500.000,00 / dus (isi 1.000 lembar).
Braille sendiri adalah sejenis sistem tulisan sentuh (dibaca menggunakan indra peraba . Sistem ini diciptakan oleh seorang Perancis yang bernama Louis Braille (Coupvray, 4 Januari1809 – 6 Januari1852). Saat berusia 15 tahun, Braille membuat suatu tulisan tentara untuk memudahkan tentara untuk membaca ketika gelap. Huruf Braille sendiri terdiri dari sel yang mempunyai 6 titik yang terbagi dalam 2 kolom (Wikipedia) Sistem pencetakan buku Braille sangat berbeda dengan buku biasa, satu halaman buku biasa bisa berupa dua atau lebih halaman di buku Braille, misalnya satu kitab Alquran dalam huruf braile mesti dibuat dalam 30 jilid. Konon harga satu set Al Quran Braile 30 juz bisa mencapai Rp 1 hingga Rp 1,5 juta. Harga yang cukup fantastis! khususnya saya yang kalau disuruh memilih lebih baik dipakai untuk beli baju buat anak istri :p Bandingkan dengan kita yang dikarunia anugrah dua buah mata yang sehat. Bagi yang mempunyai budget terbatas, hanya dengan datang ke toko buku, "searching" buku yang diinginkan , cari tempat duduk di pojokan , dan Tada….nikmati deh tu buku (dengan catatan bukunya tidakdalam keadaan terbungkus rapat oleh beberapa manajemen toko buku yang pelit dan tidak mau rugi ! hehe), bahkan yang mempunyai “ uang lebih” bisa langsung menuju kasir dan membawa pulang buku tersebut untuk dinikmati di rumah. Cara kedua mungkin mudah lagi, sambil duduk di depan komputer dengan bantuan om Google atau tante Amazon buku elektronik bisa dengan mudahnya terhidang sesuai dengan tema yang kita inginkan.
Sebenarnya sudah ada teknologi canggih yang mendukung bagi penyandang tuna netra yaitu komputeruntuk yang terdiri dari
1. Software Braille Software yang dapat mengubah huruf Latin menjadi huruf Braille dan sebaliknya
2. Display Braille Layar komputer untuk tuna netra yang dapat memunculkan tekstur.
3. Embosser Braille/Printer Braille dan Kertas Braille Printer ini mencetak titik-titik timbul (emboss) pada kertas untuk membentuk huruf-huruf Braille.
4. Keyboard Braille Tombol-tombol keyboard nya menggunakan huruf Braille
5. Speech synthesizer/Software program suara, yang mengubah tulisan/teks atau aktifitas di layar monitor komputer menjadi suara namun software ini masih terbatas hanya untuk beberapa bahasa asing
KEMBALI KE ARTIKEL