Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Yuddy Chrisnandi Tak Pernah Introspeksi Diri

13 Mei 2014   02:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:34 100 1

Politisi Yuddy Chrisnandi adalah sosok yang tidak pernah mengoreksi kelemahan dan kesalahannya. Mengapa saya katakan demikian? Mungkin kita masih ingat betul bagaimana seorang Yuddy yang sangat percaya diri akan mendapatkan dukungan maksimal saat maju mencalokan diri menjadi Ketua Umum Golkar pada 2009 silam. Yuddy bahkan sangat yakin memperoleh dukungan minimal 30 persen suara dan lolos putaran pertama. Namun nyatanya, Yuddy tidak mendapatkan satu dukungan suara pun, Yuddy kalah telak. Aburizal Bakrie keluar sebagai pemenangnya.

Setahun sebelumnya pada September 2008, Yuddy membuat pengumuman tentang pengunduran dirinya sebagai Caleg Golkar. Alasannya hanya karena persoalan nomor urut! Yuddy marah karena partai tidak memberinya nomor urut satu. Padahal menang atau kalah tergantung pada sosok Caleg itu sendiri. Apakah Caleg itu cukup dikenal dan memiliki kontribusi besar dalam mengatasi persoalan masyarakat, sehingga layak untuk dipilih. Apapun alasannya, Yuddy menunjukkan pada kita bahwa dirinya tidak memiliki kualitas sehingga takut untuk bersaing.

Pada Februari 2010, Yuddy keluar dari Golkar dan melompat ke Hanura. Di partai berlambang anak panah ini, Yuddy tidak hanya didapuk menjadi Ketua DPP, dirinya juga menjabat sebagai Ketua Bapilu. Namun pada tahun 2013, Ketua Umum Hanura Wiranto mencopotnya dari posisi tersebut dan menggantikannya dengan Hary Tanoesoedibdjo. Alasannya karena berdasarkan hasil survei, ketika dipegang Yuddy, Hanura terancam tidak lolos parliamentary threshold (PT).

Di partai Hanura pun, Yuddy kembali maju sebagai calon anggota DPR Dapil Jabar VII. Kali ini Yuddy memperoleh nomor urut satu, namun seperti yang saya katakana tadi, nomor urut bukanlah penentu, Yuddy kembali gagal. Lucunya, Yuddy justru kalah dengan Caleg nomor urut dua.

Dari sekian kegagalan politik di atas, pernah kah Yuddy introspeksi diri? Sepertinya tidak. Kenapa? Karena Yuddy selalu mencari kambing hitam untuk disalahkan karena kegagalannya tersebut. Untuk kegagalannya di Golkar, Yuddy secara terang – terangan menyalahkan partai Beringin yang ditudingnya telah bertindak semena – mena pada dirinya. Dan untuk kegagalannya di Hanura, Yuddy menyalahkan Hary Tanoesoedibjo selaku Ketu Bapilu. Bahkan tanpa segan – segan, Yuddy berupaya melakukan aksi pemakzulan kepada Hary Tanoe yang telah berhasil membawa partai tersebut ke Senayan.

Sekali lagi, pernahkah Yuddy mengevaluasi, mengoreksi atau menginstropeksi dirinya sendiri atas berbagai kegagalan politik yang dialaminya? Jika pernah, maka dirinya tidak akan repot – repot mencari kambing hitam untuk disalahkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun