Tahun ini adalah tahun ketiga saya tinggal di Jakarta. Juga, ini adalah episode ke-3 untuk tinggal dan bekerja di ibukota. Episode pertama, ketika masih bujangan, saya sempat tinggal di kota ini selama sekitar setahun. Saya kost di daerah karet belakang, yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari kantor pertama saya di kawasan kuningan. Episode ke-2, saya jalani sekitar 15 bulan, ketika saya harus tinggal terpisah dengan istri dan anak pertama saya yang baru lahir kala itu. Mereka di Jogja, dan saya di Jakarta. Ketika saya harus tinggal di Jakarta, saya selalu memilih untuk melokalisir Jakarta. Artinya, saya membatasi kehidupan saya di jakarta hanya di daerah-daerah tertentu, tempat saya banyak beraktifitas. Langkah pertama dan utama, saya harus memilih tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari kantor. Definisi tidak terlalu jauh ini adalah, saya bisa menempuh jarak antara kantor dan tempat tinggal dengan berjalan kaki tak kurang dari 30 menit. Setahun lalu, kantor saya pindah, dari kuningan ke sudirman. Juga, karena keluarga saya sudah bergabung di Jakarta, tempat tinggal kamipun berpindah. Dari sebelumnya di Karet Belakang, sekarang pindah ke Taman Rasuna. Untungnya, perpindahan kantor dan rumah ini hanya sedikit merubah jarak tempuh dari rumah ke kantor. Dari yang dulunya 12 menit jalan kaki, menjadi 30 menit jalan kaki. Masih manageable lah.. Pun demikian ketika weekend. Misalnya saya harus pergi ke mall untuk makan atau ketemuan dengan teman, maka saya akan memilih mall-mall yang bisa ditempuh dengan tarif maksimal 30 dengan taksi. Jadi, paling jauh saya akan menyambangi EX, Senayan City ataupun Kota Kasablanka. Yang lebih jauh dari itu sudah pasti tidak akan pernah saya datangi. Ketika harus memilih sekolah untuk anak, saya juga berusaha untuk mencari sekolah yang dekat dengan rumah. Alhasil, setiap pagi saya bisa selalu mengantarkan anak saya sekolah, tanpa harus bangun terlalu pagi. Sebagai orang yang berasal dari kota kecil, keputusan untuk melokalisir Jakarta ini sangat membantu saya untuk mencintai kota ini. Banjir, macet, kengawuran pengguna jalan, kereta komuter yang berjubel penumpang, menjadi isu-isu khas Jakartayang sangat jarang (atau bahkan tidak pernah) saya jumpai, walaupun saya juga tinggal di Jakarta. Melokalisir Jakarta barangkali bisa menjadi alternatif bagi para newbie yang hendak mengadu nasib di ibukota, tanpa harus dibuat gila dengan berbagai masalah yg ada di dalamnya.
KEMBALI KE ARTIKEL