Obama menyatakan kepada presiden, Indonesia penting sekali, dan ia rindu nasi goreng, bakso, dan rambutan. Jika Amerika bukanlah sebuah super power, ungkapan presidennya yang seperti itu pasti sudah menyenangkan yang diajak bicara. Apalagi dia memang presiden dari negara adi daya -walau tengah dirundung krisis, juga konon masa depan negaranya yang akan tidak sehebat dulu berkat munculnya Cina, India, Brazil, sebagai kekuatan-keukatan baru ekonomi dunia.
Citra Amerika di berbagai belahan dunia -akibat kepemimpinan Presiden Bush memang sedang morat-marit. Beruntung, rakyat negara itu memilih Senator Illinois sejak 2005 itu sebagai presiden. Partai Demokrat tempat dia bernaung, dan terutama karena ia terpilih sebagai orang Afro-Amerika pertama di negara berusia 232 tahun lebih itu, akan cukup melempangkan jalan bagi perbaikan citra. Juga, jika Ny. Hillary Rodham Clinton benar-benar jadi diangkat sebagai menteri luar negeri.
Namun, krisis ekonomi yang menimpa Amerika di penghujung tahun 2008 ini yang telah menebar badainya ke berbagai belahan dunia, juga cara perang Amerika melawan terorisme, serta kegemaran negara itu menginvasi negara lain, membuat persoalan menjadi sangat rumpil dan cukup sulit.
Untuk memenangkan hati masyarakat Indonesia dan dunia, dibutuhkan cara-cara yang lebih. Penggunaan frasa:'nasi goreng', 'bakso', dan 'rambutan', adalah cara cerdik yang dapat digunakan. Itu akan membuat persepsi negara 'galak' dan selalu 'perang dan perang', akan berkurang, yang pada gilirannya mempermudah hubungan ekonomi masyarakat dari negara mana pun, termasuk Indonesia.
Jadi, rupanya, Obama betul-betul dapat memaknai masa empat tahun ia tinggal di Jakarta saat ia SD. Sebab, jika ia menghubungi SBY dan menggunakan kata-kata sakti itu setelah meminta masukkan para penasehat politik ahli pun, pasti harus menggunakan kamus yang cukup langka di sana. Atau mungkin setelah browsing Wikipedia beberapa puluh menit.
Nah, selamat datang, diplomasi buah rambutan!