Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Disaster Recovery, Pentingkah?

23 Juni 2014   21:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:30 125 0

Kata Disaster atau bencana, mungkin lebih sering terdengan daripada Disaster Recovery pada saat ini. Wajar saja, karena di negara kita sering sekali terjadi bencana saat ini, dari banjir sampai gunung meletus. Tapi setiap kali ada bencana kita butuh recovery atau dalam kata lain pemulihan kembali ke kondisi seperti sebelum ada bencana tersebut, itulah pengertian Disaster Recovery. Jadi lebih penting mana, bencana atau pemulihannya?

Di dalam dunia Information and Technology (IT) juga sangat penting untuk mengerti dan menerapkan Disaster Recovery Management. IT memegang peranan yang sangat penting saat terjadi bencana, karena di dalam sistem IT tersimpan informasi, data dan core business perusahaan yang mana di masa sekarang ini hampir semuanya sudah berjalan diatas sistem IT. Bagaimana jika IT tidak dapat me-recover saat terjadi bencana? Saat itulah bencana terjadi! CIO akan terkena serangan jantung pada saat itu.

Mari kita ambil contoh industri di sektor keuangan dan perbankan. Bayangkan suatu bank yang besar melayani jutaan nasabahnya dan mereka tidak memiliki IT Disaster Management yang baik. Suatu saat terjadi kebakaran pada data center (pusat data) salah satu bank, anggap saja dibutuhkan waktu 1 jam untuk memadamkan api tersebut dan dibutuhkan berhari–hari untuk memeriksa kerusakan serta perbaikan. Bagaimana nasib jutaan nasabah mereka?

Komponen penting ITyang harus dijaga dari kerusakan, antara lain:

  • Ruangan komputer/server
  • Hardware (perangkat keras)
  • Jaringan (Internet/WAN)
  • software applications (aplikasi perangkat lunak)
  • Restorasi data (data and restoration)

Perencanaan Disaster Recovery dapat dilakukan melalui dua cara, In-house yaitu membangun Disaster Recovery sendiri) dan Vendor based Disaster Recovery, yaitu menggunakan jasa pihak ketiga.

Perencanaan In-House Disaster Recovery dapat dilakukan saat perusahaan memiliki beberapa fasilitas yang dapat digunakan untuk Disaster Recovery. Memiliki pusat data lain diluar pusat data utama perusahaan (off-site) merupakan hal yang mutlak, selama jarak kedua pusat data tersebut minimal 30 kilometer. Spesifikasi perangkat keras untuk setiap lokasi harus sama, tujuannya adalah agar aplikasi bisnis perusahaan dapat berjalan di semua lokasi. Tidak semua perusahaan bisa melakukan In-House Disaster Recovery karena biaya yang dibutuhkan sangat besar sekali dan tidak mudah untuk melakukan implementasinya.

Vendor based Disaster Recovery, seperti yang sedang marak saat ini Cloud Disaster Recovery (Cloud DR), cocok digunakan untuk perusahaan yang ingin melakukan efektivitas anggaran. Adavendor yang dapat menyediakan “lokasi” untuk pusat Disaster Recovery. Situs-situs tersebut sepenuhnya dikonfigurasi dengan pusat data yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan penyewa. Jika pemadaman terdeteksi di lokasi klien oleh vendor, vendor secara otomatis mengalihkan akses datake lokasi mereka sampai sistem klien dipulihkan. Vendor ini juga dapat menyediakan penyaringan data dan deteksi ancaman malwareyang meningkatkan keamanan cyber.

Kata Disaster atau bencana, mungkin lebih sering terdengan daripada Disaster Recovery pada saat ini. Wajar saja, karena di negara kita sering sekali terjadi bencana saat ini, dari banjir sampai gunung meletus. Tapi setiap kali ada bencana kita butuh recovery atau dalam kata lain pemulihan kembali ke kondisi seperti sebelum ada bencana tersebut, itulah pengertian Disaster Recovery. Jadi lebih penting mana, bencana atau pemulihannya?

Di dalam dunia Information and Technology (IT) juga sangat penting untuk mengerti dan menerapkan Disaster Recovery Management. IT memegang peranan yang sangat penting saat terjadi bencana, karena di dalam sistem IT tersimpan informasi, data dan core business perusahaan yang mana di masa sekarang ini hampir semuanya sudah berjalan diatas sistem IT. Bagaimana jika IT tidak dapat me-recover saat terjadi bencana? Saat itulah bencana terjadi! CIO akan terkena serangan jantung pada saat itu.

Mari kita ambil contoh industri di sektor keuangan dan perbankan. Bayangkan suatu bank yang besar melayani jutaan nasabahnya dan mereka tidak memiliki IT Disaster Management yang baik. Suatu saat terjadi kebakaran pada data center (pusat data) salah satu bank, anggap saja dibutuhkan waktu 1 jam untuk memadamkan api tersebut dan dibutuhkan berhari–hari untuk memeriksa kerusakan serta perbaikan. Bagaimana nasib jutaan nasabah mereka?

Komponen penting ITyang harus dijaga dari kerusakan, antara lain:

  • Ruangan komputer/server
  • Hardware (perangkat keras
  • Jaringan (Internet/WAN
  • software applications (aplikasi perangkat lunak)
  • Restorasi data (data and restoration)

Perencanaan Disaster Recovery dapat dilakukan melalui dua cara, In-house yaitu membangun Disaster Recovery sendiri) dan Vendor based Disaster Recovery, yaitu menggunakan jasa pihak ketiga.

Perencanaan In-House Disaster Recovery dapat dilakukan saat perusahaan memiliki beberapa fasilitas yang dapat digunakan untuk Disaster Recovery. Memiliki pusat data lain diluar pusat data utama perusahaan (off-site) merupakan hal yang mutlak, selama jarak kedua pusat data tersebut minimal 30 kilometer. Spesifikasi perangkat keras untuk setiap lokasi harus sama, tujuannya adalah agar aplikasi bisnis perusahaan dapat berjalan di semua lokasi. Tidak semua perusahaan bisa melakukan In-House Disaster Recovery karena biaya yang dibutuhkan sangat besar sekali dan tidak mudah untuk melakukan implementasinya.

Vendor based Disaster Recovery, seperti yang sedang marak saat ini Cloud Disaster Recovery (Cloud DR), cocok digunakan untuk perusahaan yang ingin melakukan efektivitas anggaran. Adavendor yang dapat menyediakan “lokasi” untuk pusat Disaster Recovery. Situs-situs tersebut sepenuhnya dikonfigurasi dengan pusat data yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan penyewa. Jika pemadaman terdeteksi di lokasi klien oleh vendor, vendor secara otomatis mengalihkan akses datake lokasi mereka sampai sistem klien dipulihkan. Vendor ini juga dapat menyediakan penyaringan data dan deteksi ancaman malwareyang meningkatkan keamanan cyber.

  • Prevention, yaitu bagaimana kita mencegah atau meminimalisir kemungkinan terkena bencana beserta dampaknya
  • Preparedness, yaitu bagaimana persiapan kita jika terjadi bencana, skenario, dan lainnya
  • Response, yaitu kesigapan sistem dan sumber daya (resources) saat terjadi bencana, supaya proses bisnis tidak terganggu
  • Recovery, yaitu setelah bencana, bagaimana pemulihannya, memakan waktu berapa lama, dan bagaimana jika ada data yang hilang

Oleh : Daniel Setyahadi – Sales Manager IndonesianCloud

-

ü

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun