Ampera merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat, yang mengindikasikan niat untuk membantu meringankan beban rakyat dengan menyediakan warung makan dengan harga yang terjangkau. Warung ini mengusung tagline "ngeunah, murah, tur tumaninah," yang dapat diartikan sebagai cita rasa lezat, harga terjangkau, dan kenyamanan. Tagline ini telah menjadi standar pelayanan di Warung Nasi Ampera dan tetap berlaku hingga saat ini.
Warung Nasi Ampera bermula dari sebuah warung tenda sederhana di tepi jalan, tepatnya di Terminal Kebon Kalapa, Bandung. Pendiri warung nasi ini adalah H. Tatang Sujani dan istrinya, St. E. Rochaety, pada tahun 1963. Saat itu, Warung Nasi Ampera terlihat sederhana dan sering kali dikunjungi oleh sopir angkot. Meskipun terlihat kurang bersih, Ampera memiliki keunggulan karena menyajikan pelayanan cepat dengan konsep "geksor," di mana makanan langsung disajikan begitu tamu duduk. Hal ini membuat pelanggan dapat menikmati hidangan khas Sunda dengan cepat tanpa perlu menunggu lama.
Seiring perkembangan Terminal Kebon Kalapa, jumlah pelanggan Warung Nasi Ampera terus meningkat dari hari ke hari. Tidak hanya terbatas pada sopir angkot, tetapi pelanggan berasal dari berbagai kalangan masyarakat yang singgah di Terminal Kebon Kalapa, bahkan ada yang sengaja datang untuk mencoba Warung Nasi Ampera. Dengan lonjakan pengunjung yang signifikan, warung nasi Ampera di Kebon Kalapa mulai kesulitan menampung jumlah pelanggan. Oleh karena itu, pada tahun 1984, Warung Nasi Ampera mengatasi keterbatasan ini dengan membuka cabang pertamanya di Jalan Astana Anyar, Bandung, yang berjarak sekitar 1 km dari lokasi awal di Kebon Kalapa.