Sejak dijadikan sumpah oleh pemuda-pemudi Nusantara tahun 1928, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bukanlah bahasa yang sudah jadi, diam, dan selesai. Ia melewati proses sejak sebelum lahir, dan terus berkembang dari masa ke masa hingga kini. Kalaupun ada satu unsur bahasa dominan yang menjadi landasan utama, keberadaannya dibangun di atas anasir bahasa lain yang beragam. Hari ini kita menyaksikan, ia telah menjadi bahasa yang sintal karena penuh disesaki oleh lema baru yang diserap dari berbagai bahasa lain. Proses tersebut tak bisa dibendung, karena secara empiris, bahasa selalu bergerak dinamis demi memperkaya dirinya sendiri dalam ranah budaya manusia. Bandingkanlah misalnya buku-buku berbahasa Indonesia yang diterbitkan pada era 70-an dengan buku-buku yang muncul di tahun 2000-an. Rasa bahasa dan kosakata yang berbeda akan kita temukan sebagai bukti progresif bahasa Indonesia.