Adalah sebuah kejadian yang kemudian membuat saya manggut-manggut, bahwa kondisi fisik itu, ketidaknyamanan itu, direncanakan olehNya bukan sekedar untuk ‘mengganggu’ tidur manusia.
“Aku kadang masih suka terkaget-kaget Mbak, kalau terbangun,” begitu pengakuan seorang sahabat.” Bahkan sampai pusing kepala ini.”
“Iya, soalnya biasanya bisa tidur nyenyak. Sekarang dan tiba-tiba punya bayi, nggak bisa gitu lagi.”
Sahabat itu mengangguk mengiyakan. Sekitar 8 tahun berumahtangga belum dikaruniai momongan mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil anak saudaranya. Si sepupu yang kondisi ekonominya pas-pasan senang-senang saja, bahkan sejak awal sudah merencanakan anak keduanya diberikan ke sepupunya. Selain sebab ekonomi, jarak kelahiran anak pertama dan kedua terlampau dekat. Sahabat saya itu, berharap dengan mengangkat anak bisa menjadi ‘pancingan’ punya anak kandung.
Meneruskan curhat, mau tak mau harus saya akui, tidaklah semua kerepotan, kesulitan, kepayahan selama hamil terutama hamil tua itu sia-sia. Dia semacam kawah penggodokan bagi calon ibu agar setelah melahirkan tak terkaget-kaget begitu si makhluk mungil yang semula bisa diajak kemana saja apa saja kapan saja, sekarang memiliki ruang dan waktu sendiri. Menyedot energi dan perhatian si ibu tanpa peduli. Termasuk bangun tengah malam untuk minum susu atau ‘sekedar’ pup dan pipis.
Hamil, melahirkan, memiliki bayi, memang moment paling memayahkan fisik mental sekaligus menakjubkan bagi seorang ibu, terutama bagiku. Bagaimana denganmu? :)
Tanah Baru, 29/11/’11