"Ayah tak akan terlalu mengaturmu, Lis. Satu saja permintaan Ayah, jauhi dosa!" Duh, betapa sedihnya Ayah, jika mengetahui perbuatan nirca anaknya. Tak terhitung lagi, dosa yang menembus rahimku. Menyisakan aib dan rasa sakit.
"Gak mungkin, Lis. Abang kan mandul. Makanya kakakmu ga punya anak." Pantesan, dia tenang-tenang saja. Datang lagi dan lagi. Dan aku tak bisa menolak.
"Om sih gak apa-apa Lis menolak. Tapi maaf kalau Ayahmu melihat ini..." Rekaman desah dan keringat kakak iparku. Aku pun kalah lagi. Dan tak cukup hanya sekali. Belum lagi kamu, yang mengaku pacarku. Yang selalu mencumbuku setiap kali bertemu.
"Lis..." Deg.