Mohon tunggu...
KOMENTAR
Roman Pilihan

Juli Membawamu Pergi

20 Juli 2024   19:51 Diperbarui: 20 Juli 2024   21:01 105 3
Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang gadis bernama Naomi. Naomi adalah gadis yang cantik dan cerdas, tetapi ada sesuatu yang membuatnya berbeda dari teman-temannya: dia bisu sejak kecil. Sejak SD, Naomi sering menjadi sasaran bully oleh beberapa teman sekelasnya. Mereka mengolok-oloknya karena ketidaktahuan mereka tentang kondisi Naomi.

Salah satu yang paling sering mengganggu Naomi adalah Ryusei. Ryusei, seorang anak nakal dengan reputasi yang buruk di sekolah, sering kali menjadi provokator di balik bullying terhadap Naomi. Namun, sedikit yang tahu bahwa Ryusei sendiri memiliki masalah rumah tangga yang serius. Ayahnya sering memperlakukannya dengan keras, memukulinya tanpa ampun ketika marah.

Suatu pagi cerah di musim semi, saat sinar matahari menyapa kota kecil itu, Ryusei bersiap-siap untuk memulai rutinitas paginya: mengganggu Naomi. "Eh, lihatlah si bisu! Tidak ada yang mau berteman dengannya!" ucap Ryusei sambil menunjuk-nunjuk dan tertawa bersama teman-temannya. Naomi hanya tersenyum pahit, mencoba mengabaikan ejekan mereka.

Namun, Ryusei tidak puas dengan reaksi Naomi yang tenang. Dia mengambil segelas air minumnya dan dengan sengaja menyiram Naomi. "Hah! Kau payah sekali, bisu! Ayo, marahlah padaku!" Ryusei menggertak dengan nada keras. Naomi hanya menatapnya dengan tatapan sedih dan pergi ke toilet untuk menyembunyikan tangisannya.

Sore harinya, setelah bel pulang sekolah berdentang, Naomi memutuskan untuk berjalan pulang ke rumahnya sendirian. Di tengah perjalanan, langit senja mempesona memancarkan warna-warni oranye dan ungu di atasnya. Naomi menghela nafas lega melihat keindahan itu, tetapi pandangannya teralihkan oleh suara gaduh di seberang jalan.

Di sana, dia melihat Ryusei tengah dikelilingi oleh beberapa anak laki-laki sekelas mereka. Mereka mengolok-olok dan mengganggu Ryusei, mencemoohnya karena dia sering mendapat hukuman dari guru-guru sekolah.Naomi merasa tak tega melihat Ryusei seperti itu. Tanpa berpikir panjang, dia berlari mendekat dan berdiri di depan Ryusei, mencoba melindunginya.Anak-anak itu terkejut melihat Naomi berani melindungi Ryusei seperti itu. "Haha, lihat Ryusei, kau memang teman baik si bisu ini, ya?" ejek salah satu dari mereka, sambil tertawa keras."Wah, si bisu jadi pembela si nakal!" ejek mereka , membuat Ryusei semakin merasa malu. Wajahnya memerah,anak anak itu meninggalkan Ryusei dan naomi "sudahlah ayo pergi, jangan berteman dengan si nakal dan bisu ini",ucap mereka,naomi memperhatikan pipi ryusei yang tergores,dia mengambil sapu tangan nya dan berusaha mengusap darah yang ada di pipi ryusei,, Ryusei kesal dan dia menepis tangan Naomi saat Naomi mencoba membersihkan luka di pipinya yang tergores akibat caci maki teman-temannya.

"Sudahlah, aku tidak mau bertemu denganmu lagi! Gara-gara kamu, aku jadi sangat malu!" teriak Ryusei dengan penuh emosi. Naomi hanya menangis dan berlari pulang, hatinya terasa hancur melihat reaksi Ryusei yang begitu keras padanya.

Malam itu, ketika Naomi duduk di kamarnya, ibunya datang dan memeluknya erat. Dia tahu bahwa Naomi sering kali diganggu di sekolah karena kondisi bisunya. "Nak, aku tahu ini tidak mudah bagimu," kata ibunya sambil mengelus punggung Naomi. "Tetapi kamu harus percaya bahwa tidak semua orang akan menghakimimu seperti itu."

Keesokan paginya, di sekolah, Ryusei mencari Naomi tetapi tidak menemukannya. Kabarnya, Naomi telah memutuskan untuk pindah ke sekolah lain. Ryusei merasa sesak di dada. Dia merenungkan sikapnya yang kasar dan kata-kata kasarnya terhadap Naomi. Dia menyadari bahwa Naomi sebenarnya berani berdiri untuknya, meskipun dia tidak bisa menerimanya pada saat itu.

Sejak saat itu, Ryusei mulai merasa terasing di sekolah. Dia merenungkan kesalahannya dan perlahan mulai belajar untuk tidak mengganggu orang lain. Walaupun Naomi pergi, namun ingatannya dan tindakannya tetap tinggal di hati Ryusei sebagai pelajaran berharga tentang kebaikan hati dan persahabatan.

Beberapa bulan kemudian, saat musim panas datang, Ryusei mendengar kabar bahwa Naomi telah beradaptasi dengan baik di sekolah barunya. Dia merasa lega mendengarnya, meskipun dia tahu bahwa mereka mungkin tidak akan pernah bertemu lagi. Namun, setiap kali dia melihat anak-anak lain di sekolah mengganggu yang lain, dia selalu teringat akan wajah Naomi yang berani dan penuh kasih.

Tahun telah berlalu, Naomi sekarang sudah remaja dia telah duduk di bangku sekolah menengah akhir, Naomi tumbuh menjadi seorang remaja yang ceria namun penuh misteri. Meskipun bisu, ekspresi matanya mengandung cerita yang dalam. Ketika ia memasuki SMA, kehadirannya selalu menarik perhatian teman-temannya yang ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu yang begitu penuh teka-teki.

Suatu pagi yang cerah, saat bel masuk berbunyi, kehadiran murid baru di kelas Naomi menarik perhatiannya. Yang membuatnya terkejut, murid baru itu adalah Ryusei, teman masa SD nya dulu yang sering mengganggu nya, yang kini telah tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan. Naomi tak dapat menyembunyikan kejutan dan kebingungannya saat Ryusei diperkenalkan oleh guru.

Jam istirahat tiba, Ryusei mengambil langkah pertama untuk mendekati Naomi. Ia ingin meminta maaf atas kesalahannya dulu, tetapi Naomi merasa takut dan menjauhinya. Namun, Ryusei tidak putus asa. Setelah pulang sekolah, dia melihat Naomi berjalan sendirian dan memutuskan untuk mendekatinya lagi.

"Sudah lama kita  tak ketemu ya, Naomi. Kamu masih ingat aku?" tanya Ryusei dengan penuh harap.

Naomi hanya terdiam, tapi Ryusei bertekad untuk membuatnya merasa nyaman. Dia memutuskan untuk belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengannya. Setelah berbulan-bulan berusaha keras, Ryusei akhirnya berhasil. Pada suatu sore yang indah di taman, Ryusei mendekati Naomi dan menggunakan bahasa isyarat untuk bertanya, "Apakah kau mau memaafkanku? Apakah kita bisa berteman?"

Naomi tersenyum lebar dan mengangguk. Dia sangat menghargai usaha Ryusei untuk mendekatinya. Mulai saat itu, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Ryusei bahkan pernah mengajak Naomi menonton pertunjukan kembang api. Dia memperhatikan Naomi dengan penuh cinta, terpesona melihatnya mengenakan kimono berwarna pink yang membuatnya terlihat begitu cantik di malam itu.Ryusei yang penuh kesungguhan untuk mendekatinya,dia selalu menjaga noami dan bersama dengannya setiap hari,kisah cinta mereka pun tumbuh di bawah langit malam yang penuh bintang, di antara percakapan mereka yang penuh kebahagiaan dan bahasa isyarat yang mereka gunakan untuk saling mengerti, Ryusei juga sudah dekat dengan orang tuanya Naomi, begitu juga dengan Naomi yang diterima sangat baik oleh orang tuanya ryusei, Naomi sering dibuatkan kue coklat kesukaan nya oleh ibunya ryusei.

Ryusei dan Naomi sudah menjadi dua orang yang terikat oleh ikatan tak terlihat, bahkan di tengah-tengah cobaan yang berat sekalipun. Naomi, seorang gadis bisu yang penuh dengan kegigihan dan keceriaan, menemukan pengertian dan kenyamanan dalam kehadiran Ryusei. Meskipun tak bisa berbicara dengan kata-kata, mereka berkomunikasi melalui bahasa isyarat yang penuh makna.

Ryusei, tanpa pernah menunjukkan rasa takutnya, tetap setia di samping Naomi. Mereka menghabiskan waktu bersama di rumah pohon kecil di tepi hutan, tempat di mana mereka menemukan kedamaian dan kebahagiaan di antara pepohonan yang tinggi.

Namun, di balik senyumnya yang hangat, Naomi menyimpan perjuangan rahasia melawan penyakit kanker yang merongrong tubuhnya. Setiap hari, Ryusei menghabiskan waktu bersama Naomi, tidak pernah menyadari betapa rapuhnya kesehatannya. Mereka menjelajahi dunia mereka sendiri, menemukan kebahagiaan di tempat rahasia mereka: rumah pohon di tengah hutan.

Suatu hari, ketika penyakit Naomi kambuh dengan kejamnya ia dilarikan ke rumah sakit,
Ryusei yang menyadari bahwa Naomi tidak muncul di sekolah dan tidak ada kabar darinya, Ryusei merasa cemas. Dia segera menuju rumah Naomi, di mana seorang tetangga memberitahunya bahwa Naomi telah dibawa ke rumah sakit karena penyakitnya kambuh dengan hebatnya. Dengan hati yang berdebar, Ryusei berlari ke rumah sakit, berharap bisa menemui Naomi dan memberinya dukungan.

Namun, yang dia temukan di sana adalah kedukaan. Dokter keluar dari ruang perawatan dengan berita yang menghancurkan: Naomi telah meninggalkan dunia ini. Ryusei terpaku di tempat, tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia melihat ibu Naomi yang hancur berjalan dengan langkah berat, menangis sambil memeluk foto Naomi di dadanya.

"Kenapa kau pergi begitu cepat, nak?" gumam ibu Naomi sambil menangis tersedu-sedu. Ryusei tidak bisa menahan rasa sakitnya. Dia merasa dunianya hancur seketika, kehilangan sahabat terbaiknya, kekasih hatinya, dan sumber kekuatannya, Naomi pergi tepat dia bulan july yang merupakan bulan kelahirannya.

Setelah pemakaman Naomi, Ryusei kembali ke rumah pohon yang pernah mereka cintai bersama. Di sana, di bawah dedaunan yang merayap, dia merenungkan semua kenangan indah yang mereka bagikan. Dalam keheningan hutan yang kini terasa lebih sepi, Ryusei menangis sejadi-jadinya dan berbicara pada angin, "Naomi, kita sudah berjanji untuk selalu bersama-sama."

Tahun-tahun berlalu, tetapi Ryusei tidak pernah melupakan Naomi. Dia menjaga kenangan mereka hidup dalam hatinya, terus membawa cinta dan kebaikan yang pernah mereka bagikan bersama. Di antara semua kenangan itu, dia menyimpan sebuah surat yang ditulisnya untuk Naomi, surat yang tidak pernah ia berikan padanya. Surat itu berisi segala perasaan yang tak terucapkan, tentang cinta dan kehilangan yang selalu ia rasakan.

Hingga akhir hayatnya, Ryusei tetap setia pada kenangan Naomi, mengunjungi rumah pohon itu saat-saat dia merindukan kehadiran Naomi yang sudah tiada. Di sana, dia merasakan bahwa cintanya terhadap Naomi tidak akan pernah padam meskipun waktu terus berlalu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun