Setiap malam, ketika kabut putih mulai menyelimuti laut, nyanyian sedih terdengar di atas ombak. Suara itu memanggil nelayan-nelayan yang serakah dan bajak laut untuk mendekat, seperti pesona yang tak terhindarkan. Mereka yang mendengar nyanyian itu merasa seakan-akan jiwa mereka dipanggil untuk bergabung dengan lautan yang luas dan gelap.
Salah satu nelayan, Miguel, yang terkenal dengan ambisinya untuk menemukan harta karun laut yang legendaris, tidak dapat menahan diri saat mendengar nyanyian itu. Meskipun diperingatkan oleh para rekan-rekannya tentang bahaya dan kutukan yang mengintai, dia tetap bertekad untuk mencari tahu sumber suara itu.
Suatu malam, dalam kegelapan dan heningnya laut, Miguel menemukan putri duyung itu sedang duduk di atas karang. Wajahnya yang cantik terlihat bersinar dalam cahaya bulan. Namun, di matanya terpancar dendam yang dalam dan tak terlupakan. Miguel merasa seperti tersihir oleh kecantikan dan suara lembutnya, tanpa menyadari bahwa dia telah terjerat dalam jaringan balas dendam yang lebih besar.
Putri duyung itu, dengan lembut dan penuh keanggunan, meminta Miguel untuk membantunya membalas dendam pada mereka yang pernah menyakitinya. Dia menawarkan harta karun laut sebagai imbalan atas bantuan Miguel. Terpesona oleh tawarannya, Miguel hampir saja menyetujuinya, tetapi suara kecil dari hatinya yang tersisa mengingatkannya pada peringatan teman-temannya.
Dengan susah payah, Miguel berhasil membebaskan dirinya dari pesona putri duyung itu dan kembali ke kapalnya. Namun, ia selalu merasa terganggu oleh memori dari malam itu dan suara nyanyian yang memanggilnya dari dalam lautan. Dia menyadari bahwa keindahan bisa menjadi tipu daya, dan belajar bahwa keinginan serakah dapat membawa petaka yang tak terduga.