Bunyi bel rumah kemudian terdengar. Sandra membuka pintu, dan Miya langsung memeluknya dengan hangat. Sandra tersenyum seakan dipaksakannya. Dinaikinya dua puluh anak tangga menuju kamarnya. Sandra mengambil tas. Tak lupa ia mengambil sebuah koin emas yang terletak manis di atas meja riasnya dan menaruhnya di dalam tasnya. Koin itu merupakan koin yang diberikan secara turun temurun dari tujuh keturunan terakhir, yang bisa mengabulkan keinginan bisa dilempar ke dalam sumur.
Setelah puas seharian memanjakan mata, Miya mengantarkan Sandra ke rumahnya. Sandra membuka pintu kamarnya, berlari menuju kasurnya yang empuk. Direnggangkannya semua badannya. Tiba-tiba Sandra melotot. Napasnya ditahan. Ia baru menyadari betapa berantakan seisi rumahnya. Jam menunjukan pukul setengah delapan malam. Ia mulai membersihkan rumahnya yang panjang itu. Hal itu dilakukannya setiap hari. Untung saja hari itu hari Sabtu. Setelah semuanya selesai, Sandra duduk di sofa merah yang dikirim langsung dari Singapura. Menghela napas panjang, dengan kelelahan yang masih menempel diwajahnya. Ia berpikir mengapa semuanya ini terjadi padanya. Ditengah kesibukannya pada tugas akhir semester tujuh, ia harus sibuk membersihkan rumah.
Ia membongkar-bongkar isi tas, dan didapatinya koin emas itu. Sebuah ide cemerlang terlintas di pikirannya. Tak biasanya pagi itu Sandra bangun lebih awal. Dibukanya jendela kamar, siap menyambut pagi cerah. Angin segar berhembus dan matahari menyilaukan matanya. Sandra bergegas mandi. Sandra berjalan mendekati cermin yang besar itu. Hari ini dia mengenakan atasan warna biru dan rok biru selutut. Dipolesnya lipstik pada bibir tipisnya. Dari laci meja riasnya, ia mengeluarkan seuntai kalung mutiara lalu mengenakannya. Penampilannya cukup oke. Sandra keluar dari rumahnya. Tak lupa ia membawa koin emas itu. Sandra menapaki setiap langkahnya dengan senyum yang lebar. Sampailah ia disebuah tempat yang hanya terdapat sumur yang dalam. Diambilnya koin emas dalam tas birunya. Sambil menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya, Sandra mengucapkan keinginannya. “Alangkah senangnya hidupku apabila tidak ada pekerjaan rumah, selain kesibukanku mengerjakan tugas dari dosen”, ujar Sandra. Dicemplungkannya koin emas ke dalam sumur tua itu. Tiba-tiba, Sandra merasa ada yang berubah dari dirinya. Dilihatnya kebawah, ia telah mengenakan celana panjang. Sandra meraba tubuhnya. Benar-benar lain. Ia kini telah menjadi seorang pria. Sandra terdiam dan menelan ludah. Ia benar-benar kaget.
Mimik mukanya berubah seratus delapan puluh derajat. Tadinya ia pergi dengan riang, tapi pulang dengan wajah yang kusut. Bel rumah berbunyi. Sandra membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Miya. Miya terdiam, menatap sosok pria muda yang berdiri di depannya. Teriakan kencang Sandra kembali menyadarkan Miya dari keterpakuannya. Sandra menyakinkan Miya, bahwa pria itu adalah dirinya. Miya terus menggelengkan kepalanya, tanda tak percaya. Setelah diceritakan panjang lebar, akhirnya Miya mengerti. Mereka berdua memutar otak mencari solusi yang terbaik. Cara terakhir adalah Sandra harus operasi. Sandra akhirnya menjalani operasi. 13
Sandra akhirnya tersadarkan. Tidak seharusnya ia bermohon yang aneh-aneh. Kejadian ini memberikan pelajaran yang berharga buatnya.