Cakep...
Kalau cincin sudah melingkar di jari, mata dijaga jangan jelalatan.
Hehehe, kok jadinya bikin pantun gara-gara judul artikel ini mirip awalan sebuah pantun.
Dalam perjalanan saya ke Kendari awal bulan Agustus, tidak banyak objek wisata yang bisa dikunjungi. Maklum, ke Kendari dalam rangka perjalanan dinas. Tentu walaupun agenda wisata dapat diselipkan, namun itu bukan prioritas. Yang penting tugas kantor kelar dulu.
Setelah sampai di Kendari tanggal 30 Juli 2024, saya dan dua rekan kantor sibuk menyelesaikan tugas. Kami hanya satu hari di Kendari, lalu meneruskan perjalanan ke dua kabupaten di Sulawesi Tenggara yaitu Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan. Kami balik lagi ke Kendari tanggal 3 Agustus 2024 dan masih ada sedikit waktu sebelum naik pesawat jam empat sore.
Qadarullah ada saudara rekan saya yang siap mengantar-antar kami untuk keliling-keliling dan makan siang sebelum chuz ke bandara.
Tujuan pertama sebetulnya ke Taman Mangrove. Kami sempat lihat banyak tanaman mangrove di tepi jalan Kota Kendari. Ada jalur titian dari kayu yang biasa dilewati orang untuk jalan-jalan di sana. Tapi menurut guide kami, kayu-kayunya sudah rapuh. Jadi untuk amannya kami tidak jadi ke sana.
Pengantar kami malah bingung ngajak kami main kemana dengan waktu yang hanya beberapa jam karena siang jam dua sudah harus ke bandara.
"Ke ikon Kendari saja, yang ada tulisan Kendarinya buat foto-foto," usul saya.
"Ooh...kalau begitu kita ke jembatan saja."
Kendaraan meluncur membelah kota Kendari menuju Jembatan Teluk Kendari. Jembatan Teluk Kendari merupakan sebuah jembatan kabel pancang di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara yang melintasi Teluk Kendari dan menghubungkan Kecamatan Kendari dengan Kecamatan Abeli di sisi selatan teluk.