Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ramadan Pilihan

Rantai Kebaikan di Bulan Ramadan

9 April 2022   19:00 Diperbarui: 9 April 2022   19:04 1012 14
Hari itu, kesibukan di kantin kantorku menjelang sore hari di bulan Ramadan, sudah mulai berkurang. Pembeli sudah sepi. Tinggal satu dua orang saja.

Aku memandang tumpukan lauk dan sayur di depanku. Masih banyak. Itu semua dagangan tetanggaku yang kubantu jualkan di kantin kantor kami.

Sejak hari pertama puasa, kantin kami bergiat mulai jam 14.00 - 16.00. Ini adalah giat ibu-ibu Dharma Wanita (DW) kantor kami. DW mengadakan kegiatan Ramadan Fair. Berjualan takjil, lauk matang dan aneka perlengkapan untuk lebaran.

Yang berjualan menitipkan barang adalah teman-teman kantor, ibu-ibu DW, dan produsen dari luar. Aku juga menawarkan pada salah seorang tetanggaku untuk memasukkan jualan. Ia setuju dan menitip jualan rutin setiap hari.

Jualan itulah yang sedang kurenungi hari Jumat sore itu. Meja lain kutengok sudah mulai kosong. Sudah banyak jualan yang laku.

Aku menghitung jualan yang sekiranya tak laku yang akan kubawa pulang. Tetanggaku juga menjual di gerobaknya di jalan poros kompleks perumahan kami. Jualan yang tak laku, nanti akan ia jual di gerobaknya.

Saat aku sedang asyik menghitung, ponselku berdering. Seorang peneliti senior di kantor kami yang menelepon.

"Mbak Indah, jualan masih banyak? Tolong saya ya, bungkuskan semua makanan yang masih ada. Nanti datang teman dari panti asuhan yang ambil. Saya yang bayarkan."

MasyaAllah ...

Setelah mengucap banyak terima kasih, aku sampaikan pada salah satu teman mengenai maksud peneliti senior tersebut. Akhirnya kami semua sibuk membungkus makanan untuk panti asuhan.

Jualan makanan hari Jumat itu sold out. Termasuk jualan tetanggaku yang sebenarnya masih sangat banyak.

MasyaAllah ...

Perhitungan manusia dan Allah itu berbeda. Ketika aku sudah pesimis dengan jualan yang masih menumpuk, Allah gerakkan hati orang dermawan untuk membuat hal mustahil menjadi mungkin. Kun fayakun.

Dengan perasaan penuh syukur aku kemudian menyadari bahwa kegiatan Dharma Wanita menyelenggarakan Ramadan Fair ini adalah cikal bakal sebuah rantai kebaikan. Bagaimana dulu ibu ketua DW dan pengurus berproses merencanakan kegiatan. Semua didasari niat baik menyediakan hidangan berbuka puasa untuk pegawai dan masyarakat sekitar agar tak jauh-jauh mencari takjil.

Bagaimana pegawai dan ibu-ibu DW menyulap kantin sederhana menjadi ajang bazaar yang cantik. Ada umbul-umbul, ada pita-pita, spanduk, meja yang dihias, pot-pot bunga dan lain sebagainya.

Semua disiapkan dengan tenaga yang ada. Pegawai dan ibu-ibu DW semua bekerja tulus tanpa mengharap imbalan. Bahkan mau meluangkan waktu dan kadang mengeluarkan uang pribadi untuk membeli berbagai perlengkapan.

Saat Ramadan Fair sudah berjalan, bu Kabid Usaha DW menghandle semuanya, membagi anggota dalam kelompok-kelompok piket jaga harian. Kelompok-kelompok ini juga bertugas dengan ringan hati dan tulus mencapai satu tujuan menyukseskan Ramadan Fair.

Produsen alias penjual makanan di Ramadan Fair ini  juga berlomba-lomba dalam kebaikan. Makanan yang dijual disiapkan sebaik mungkin dengan harga murah meriah. Mungkin tak banyak keuntungan yang didapat, namun kepuasan melihat pembeli senang adalah bonus tersendiri.

Rantai kebaikan juga ada pada pembeli yang kadang membeli makanan lebih. Beli beberapa porsi makanan, dan masih mau menambah lagi satu porsi ketika penjual menawarkan makanan yang lain. Satu porsi yang sangat berarti.

Satu porsi lebih yang ia beli hari itu, telah menciptakan senyum di hati penjualnya. Satu porsi yang memperpanjang rantai kebaikan.

Dan Jumat ini sang peneliti senior telah memberikan inspirasi bersedekah yang sesungguhnya. Ia bersedekah melariskan dagangan orang, sekaligus bersedekah ke panti asuhan. Ia lakukan di hari Jumat dan sekaligus di bulan suci Ramadan yang penuh kemuliaan.

Ia telah memoles warna emas pada rantai kebaikan. Rantai  yang sudah tercipta sejak awal kegiatan Ramadan Fair direncanakan.

Aku yakin rantai kebaikan ini akan terus berjalan membentuk siklus yang tidak berakhir hanya sampai di sini.

Kita bisa membeli satu porsi makanan untuk membentuk satu senyuman. Atau kita bisa membeli semua dan membuat lebih banyak orang tertawa dan hangat hatinya.

Marhaban ya Ramadan. Terima kasih ya, Allah. Salam.**

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun