Masa pensiun normal saya, andai sehat dan panjang umur, akan saya peroleh 12 tahun lagi. Jangka waktu yang boleh dibilang masih lama, tapi boleh juga dibilang singkat. Tergantung cara pandangnya.
Ngobrolin pensiun yang masih 12 tahun lagi terasa agak di awang-awang, namun tetap penting untuk direncanakan sejak dini. Karena cepat atau lambat, masa itu pasti akan datang.
Tidak hanya saya, beberapa teman juga kadang membicarakan masa pensiun. Beberapa sudah memiliki pekerjaan atau bisnis sampingan. Beberapa memiliki hobi yang potensial untuk dikembangkan dalam mendulang cuan.
Bisnis sampingan beberapa teman yang kelihatan menjanjikan itu antara lain:
1. Jual mukena dan gamis online
Selain mukena dan gamis, teman yang saya maksud juga jual berbagai perlengkapan hijab. Sekilas walau saya tak pernah bertanya, usahanya terlihat sukses. Tiap promo di grup WA selalu ada yang beli. Saya juga hampir setiap bulan beli sesuatu, entah mukena, entah rok bawahan, entah sekadar ciput atau dalaman jilbab. Tiga cewek dalam satu rumah cukup membuat rempong urusan beli pakaian, dan jualan teman itu merupakan salah satu tujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan kami.
2. Bisnis pre order kue
Teman yang lain bisnis pre order kue. Dia memang hobi baking. Dia tidak rutin membuat kue, tapi kadang open pre order melalui status WA atau facebook. Dan selalu laris tiap open PO. Dia belum memiliki karyawan, jadi kerjanya masih suka-suka. Tapi saya yakin kalau pensiun kelak dan banting setir serius di bidang perbakingan, teman saya itu bakal sukses mendulang cuan dari baking.
3. Bisnis bibit
Ini termasuk bisnis kelas atas yang mainnya sudah di bilangan lebih dari enam digit ya. Sistemnya hanya dengan menanamkan investasi di sebuah lahan. Nanti tiba masanya bibit terjual, teman terima bagi hasilnya. Sepertinya mudah tapi ya harus main modal besar serta berbekal kepercayaan antar pihak yang terlibat.
4. Bisnis jual beli cctv
Salah seorang teman bisnis jual beli dan pemasangan cctv. Menariknya, bisnisnya laris. Saat pandemi, selain masih menerima pesanan cctv, ia melebarkan sayap berjualan barang-barang seperti alat pengukur suku. Ini pun hasilnya bak jualan kacang goreng. Kunci teman saya ini, pandai menangkap peluang.
5. Bisnis berjualan madu
Salah seorang teman merintis usaha penjualan madu. Awalnya karena pekerjaan kantor ia terhubung dengan seorang produsen madu di daerah, lalu mereka bekerja sama. Teman saya menjadi semacam tenaga pemasarannya. Belakangan ia terlibat juga di bidang produksinya.
Saya Jualan Apa?
Saya harus jualan apa? Menelusuri track record pengalaman berjualan, terus terang hasilnya kurang glowing. Saya pernah jualan baju. Drop-dropan pertama laris manis, drop-dropan kedua sudah agak macet, drop-dropan ketiga sudah banyak barang nggak laku. Sekarang setelah saya renungkan, itu karena saya tidak lincah mengembangkan pasar. Seharusnya di penjualan kedua dan ketiga, saya menawarkan barang ke sirkel yang berbeda. Tapi yang saya tawari hanya orang itu-itu saja, yang sudah beli barang dari saya. Yah, memang seperti kurang berbakat untuk berjualan.
Saya juga pernah dan masih jualan buku. Tapi posisinya sebagai dropshipper ya. Artinya saya hanya promosi saja, nanti kalau ada yang tertarik beli, barang dikirim dari alamat supplier. Pekerjaan sampingan sebagai dropshipper buku sebetulnya menyenangkan, tapi saya kurang rajin promo. Akibatnya yang beli buku hanya satu-dua saja tiap saya promo. Malahan lebih banyak buku saya beli sendiri karena saya hobi membaca. Angeeel...wis to angeel.
Tapi kalau mau ditelaah lagi dengan jeli, ternyata ada satu bakat saya dalam berjualan. Yaitu berjualan tulisan. Betul, menulis itu termasuk berjualan juga jatuhnya.
Saat remaja saya mengirimkan a.k.a menjual naskah cerpen ke sebuah majalah remaja. Redaksi majalah tersebut tertarik, lalu memuat cerpen saya di dalam majalahnya. Bisa dikatakan, redaksi majalah tersebut membeli jualan saya yang berupa tulisan.
Beberapa kali saya mencoba berjualan naskah ke beberapa koran atau majalah cetak, dan jualan saya laku. Sayangnya saya memang agak jarang berjualan, jadi hasil dari jualan tulisan ini belum terlalu menggembirakan. Tapi sudah cukup menyenangkan hehehe. Ah, piye sih.
Zaman berganti dan media cetak banyak yang collaps. Saya pun mencoba berjualan tulisan secara online. Hanya saja karena effortnya kurang besar ... hasilnya masih jauh dari harapan.
Jualan Tulisan di Kompasiana
Berbicara soal jualan tulisan, Kompasiana juga merupakan wadah di mana kita bisa menjual tulisan. Artikel yang kita tulis, kita jual secara bebas. Orang membelinya dengan rating dan komen. Admin Kompasiana menghargainya dengan label pilihan atau AU (Artikel Utama). Di akhir bulan, jika jualan kita mencapai "target penjualan" yang ditetapkan oleh admin K, maka kita diganjar gaji bulanan berupa K-Rewards.
Semakin banyak menjual tulisan yang banyak dibaca orang, "gaji" kita akan semakin besar.
Tapi kalau mau mengandalkan jualan tulisan di K untuk masa pensiun, ternyata perolehan K-Rewards saya juga belum menjanjikan apa-apa. Tercatat di Tahun 2021 hanya dua bulan saja saya memeroleh K-Rewards. Bulan Mei dapat 102 ribu, Bulan September dapat 12 ribu. Mayan sih buat pesen go food sekali buat sekeluarga, hehehe. Kan dapat K-Rewardsnya dalam bentuk saldo gopay.