Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Hantu Masa Lalu

1 Februari 2022   17:30 Diperbarui: 1 Februari 2022   17:31 524 29
Dara terdiam di kursinya. Wajahnya memucat. Tangannya yang bertumpu di lutut, sedikit gemetar. Sisa air mata terlihat di pipinya.

Aku memegang tangannya yang dingin. Lalu memeluk pundaknya.

Dara mengangkat tangan dan menggosokkan ke dadanya, yang aku yakin masih berdebar keras karena kejadian yang baru saja menimpanya.

Aku sudah memintanya minum segelas air. Dara juga sudah bercerita dengan terbata-bata kepadaku. Aku yakin walau hatinya masih resah, namun ia sudah lebih mendingan.

Aku masih di ruanganku tadi, ketika WA Dara masuk.

"Kak..."

Hanya satu kata menyapaku. Aku langsung menuju ruangannya, karena tak biasa-biasanya ia hanya mengetik sepotong kata tak bermakna.

Saat itulah kulihat Dara seperti mayat hidup. Tangan mengepal menggenggam ponsel. Andai ponsel itu pisang goreng, pasti sudah menetes semua minyaknya karena diremas sedemikian rupa.

Dara dapat chat dari Miskan. Atau seseorang yang mengaku Miskan.

Lelaki itu TTM Dara sekian tahun lalu. Setahuku mereka sudah tidak ada hubungan apapun.

Si Miskan kw tiba-tiba chat menanyakan kabar. Merayu Dara dengan bahasa yang lambat laun terasa asing. Hingga Dara tersadar bahwa chat itu bukanlah dari Miskan.

"Siapa kamu?"

"Miskan, yayangmu ... masak kamu lupa?"

"Tolong hormati saya. Hormati kak Miskan. Hubungan kami tidak seperti yang kausangkakan."

"Dasar perempuan gatel ... bla bla bla..."

Selanjutnya sumpah serapah yang tertulis di chat.

Seperti itulah ceritanya.

Tergesa Dara memblokir nomor tak dikenal yang mengaku Miskan. Lalu menjapriku dalam kebingungan.

"Tanya pada Miskan. Siapa kira-kira yang berani mengganggumu seperti itu. Atau Veronica yang melakukannya?" ucapku.

Veronica adalah istri Miskan. Dulu Vero pernah melabrak Dara secara terang-terangan. Setelah itu Dara menutup semua akses Miskan sehingga lelaki itu tak dapat menghubunginya.

"Kak Vero tidak begini gayanya. Dia akan terus terang mempermalukanku di depan umum. Aku sudah tidak mau terjebak dalam lubang yang sama. Hubunganku dengan Miskan sudah lama usai. Kak Syanne tahu, kan?"

Aku mengangguk.

"Lalu siapa yang tega mengorek kisah usang?" Dara masih bertanya tak mengerti.

"Tanya pada Miskan. Mungkin ada orang yang tak suka padanya. Atau tak suka padamu," cetusku.

Dara meraih ponselnya lagi, lalu mengetik sesuatu. Aku masih menungguinya.

Tak apa, pekerjaanku sudah beres. Proposal sebuah proyek sudah kelar kususun dan kuprint. Print outnya sudah kuserahkan bos. Aku siap presentasi kapanpun.

Jadi tak mengapa kalau aku membantu Dara mencari tahu orang yang mengerjainya.

"Kak Miskan tidak ganti nomor. Dia tak tahu menahu dengan chat barusan."

Dara menjelaskan padaku setelah mendapat balasan dari Miskan.

Aku mengangguk dan berusaha memikirkan kemungkinan lain.

Dara duduk bertumpu dengan sikunya di meja. Wajahnya bertambah kusut.

"Aku menyesal dengan apa yang kulakukan dulu," bisiknya.

Aku tahu apa maksudnya. Dara menyesal telah bermain api dengan Miskan. Tapi aku tahu bahwa Dara benar-benar telah mengubur kisahnya bersama Miskan. Maka siapapun yang mengorek kisah masa lalu tersebut dengan mengirimkan chat, sungguh sangat jahat.

Kepala mbak Marni, sekretaris bos, nongol di pintu ruangan Dara.

"Bos sudah menunggu di ruang rapat. Saatnya presentasi proposal," ucap mbak Marni.

"Oh, sudah waktunya?" aku melirik arloji di tangan. Lalu melirik Dara yang masih belum fokus.

"Kami segera datang," ucapku pada mbak Marni yang segera pergi setelah mengangguk.

"Bagaimana, Dara? Kamu siap presentasi?" tanyaku. Aku tahu proposal Dara sudah siap dua hari yang lalu. Juniorku itu selalu gercep setiap ada tugas dari bos. Hal itu membuatnya disayangi bos.

"Bagaimana mungkin aku presentasi dalam kondisi begini, Kak Syanne?" ucap Dara. Dari dulu, Miskan adalah kelemahannya.

"Presentasi ini sangat penting. Lagipula proposalmu kan sudah jadi. Tinggal dibawakan saja," ucapku.

Tiba-tiba Dara mengemas laptop dan berkas di atas mejanya. Memasukkan semuanya dengan tergesa ke dalam tasnya yang besar. Ia berdiri seolah-olah mau kabur.

"Kak, tolong sampaikan pada bos. Ada hal mendesak. Aku harus pergi."

Tanpa menunggu jawabanku, Dara segera meninggalkanku.

Aku menggeleng-gelengkan kepala. Tidak mungkin akan kususul Dara. Tanpa membuang-buang waktu, aku segera melesat ke ruanganku untuk mengambil berkas dan melangkah tergesa ke ruang rapat.

Bos dan beberapa petinggi kantor sudah ada di ruang rapat. Wajah bos terlihat bete karena menunggu.

"Bu Syanne, Anda terlambat! Mana bu Dara?!" tanya bos ketus.

Aku berusaha menjelaskan seefektif mungkin tanpa menjelekkan Dara. Bos malah semakin kesal. Tapi lalu ia segera memintaku presentasi.

Karena sudah latihan selama seminggu belakangan, presentasiku lancar. Muka kusut bos mulai mencair setelah aku selesai presentasi.

"Bagus, Bu Syanne. Saya puas dengan kinerja ibu. Konsep yang dikirim bu Dara sebetulnya juga bagus. Tapi kali ini saya kecewa dengan kinerjanya. Proyek ini akan saya serahkan pada bu Syanne. Harap kerjakan dengan baik dan jangan kecewakan saya, ya?."

Aku mengangguk gembira. Alhamdulillah, proyek ini memang sudah kuincar lama. Proyek senilai 7 M. Proyek yang diidam-idamkan seluruh staf.

Kebijakan dari bos, hanya aku dan Dara yang ia suruh menyusun proposalnya. Sudah beberapa kali seperti itu dan Dara selalu keluar sebagai pemenangnya.

Kali ini giliranku yang menang. Walaupun harus menempuh jalan keliru. Pura-pura jadi hantu masa lalu Dara.*

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun